Friday 20 September 2013

Kooperatif Learning


                   KOOPERATIF LEARNING
BAB I
PENDAHULUAN


            Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses pada point C mengenai prinsip-prinsip penyusunan RPP menegaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penyusunan RPP dibutuhkan pemahaman berbagai model pembelajaran serta mampu mengintegrasikan dalam tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan yang dipersyaratkan Permendiknas sebagai berikut.
1.  Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a.    menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses   pembelajaran;
b.   mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait­kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c.    menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d.   menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai  silabus.
2.   Kegiatan Inti
                  Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem­belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me­motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi­tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuai­kan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela­jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a.  Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1)         melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2)          menggunakan beragam pendekatan pembela­jaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3)         memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4)         melibatkan peserta didik secara aktif dalam se­tiap kegiatan pembelajaran; dan
5)         memfasilitasi peserta didik melakukan per­cobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b.  Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1)      membiasakan peserta didik membaca dan me­nulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)      memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memuncul­kan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3)      memberi kesempatan untuk berpikir, menga­nalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)      memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5)      memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6)      rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7)   memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
8)   memfasilitasi peserta didik melakukan pamer­an, turnamen, festival, serta produk yang diha­silkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa per­caya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1)  memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,  isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2)   memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplo­rasi dan elaborasi peserta didik melalui ber­bagai sumber,
3)   memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4)   memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a)   berfungsi sebagai narasumber dan fasilita­tor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be­nar;
b)   membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d)   memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e)   memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3.     Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.   bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b.   melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsis­ten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d.   merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layan­an konseling dan/atau memberikan tugas balk tu­gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e.   menyampaikan rencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.
Kendati dalam Permendiknas tersebut dengan jelas merinci tahapan-tahapan pembelajaran, namun dalam implikasinya masih banyak guru-guru belum paham dalam mengintegrasikan model-model pembelajaran kedalam tiga tahapan pembelajaran. Permasalahan yang sering penulis temukan diantaranya : 1) RPP yang digunakan adalah hasil adopsi tanpa ada proses adaptasi (mungkin adaptasi sebatas nama kepala sekolah, nama guru mata pelajaran, dan nama sekolah), 2) guru belum memahami model-model pembelajaran inovatif, 3) guru terbiasa dalam zona nyaman (guru beranggapan kegiatan pembelajaran begitu-begitu saja), dan 4) guru kurang memahami tuntutan KTSP.
Mengawali jenis-jenis model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), terlebih dulu dibahas mengenai strategi pembelajaran dan istilah-istilah yang terkait.  Suastra (2009) memberikan batasan tentang strategi, model, metode, dan teknik pembelajaran sebagai berikut.
1.      Strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancanakan dan kegiatan pembelajaran. Joyce & Weill (dalam Suastra, 2009) mengemukakan bahwa, setiap model pembelajaran dicirikan dengan adanya : sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pendukung.
3.      Metode pembelajaran adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan. Misalnya metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, dan lain-lain.
4.      Teknik pembelajaran adalah menunjuk pada ragam khas penerapan suatu metode tertentu sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan peralatan, kesiapan siswa, dan sebagainya.
Sementara itu Wina Sanjaya (2007) mendifinisikan strategi pembelajaran dan istilah-istilah yang berkaitan sebagi berikut. (1) Pendekatan (approach) adalah istilah yang lebih umum dari strategi pembelajaran. Roy Killen (dalam Wina Sanjaya, 2007) ada dua jenis pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (teacher- centered approaches and students-centered approaches). (2) Model pembelajaran (models of teaching) adalah hal-hal yang dilakukan guru yang menyangkut empat hal pokok, yaitu : sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem penunjang. Terkait dengan model pembelajaran, Joyce (dalam Wina Sanjaya, 2007) mengelompokkan model mengajar menjadi empat kelompok, yaitu : kelompok model pemrosesan informasi, kelompok model pribadi, kelompok model sosial, dan kelompok model tingkah laku.

Model-model pembelajaran dalam rumpun pemrosesan informasi (the information processing family) yaitu bagaimana cara seseorang menangani rangsangan dari lingkungan, menorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Jenis-jenis model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi (the information processing family) disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Model-model Pembelajaran rumpun pemrosesan informasi
(the information processing family)
No
Model Pembelajaran
Tokoh
Tujuan
1
Berpikir induktif
Hilda Taba
Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan keterampilan berpikir.
2
Latihan Inkuiri
Richard Suchman
Model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga dalam kehidupan pada umumnya.
3
Pembentukan konsep
Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, siswa dilatih mempelajari konsep secara efektif
4
Perkembangan kognitif
Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawren-ce dan Kohlberg
Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual  pada umunya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral
5
Advance organizer
David Ausubel
Dirancang untuk meningkatkan kemampuan menglah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada

6
Mnemonics
Pressley. Levin Delaney
Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi
(Sumber : Bruce dan Marsha Weill, 1986 dan Bruce Joyce, Marsha Weill, dan Beverly Showers, 1992 : Models of Teaching)

            Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model pribadi (the personal family) menekankan pada pengembangan pribadi. Dalam belajar, model ini menekankan pada proses membangun atau mengkontruksi dan mengorganisasikan fakta, yang memandang manusia sebagai pembentuk makna.Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu siswa dalam mengembangkan hubungan siswa dengan lingkungan dan untuk melihat dirinya sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran pribadi pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Model-Model Pembelajaran Rumpun Pribadi
No
Model
Tokoh
Tujuan
1
Pengajaran non direktif
Carl Rogers
Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru – siswa
2
Latihan kesadaran
Fritz Perts dan William Schutz
Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri
3
Sinektik
William Gordon
Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
4
Sistem konseptual
David Hunt
Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas
5
Pertemuan kelas
William Glasser
Pengembangan pemahaman diri dan tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya
(Sumber : Bruce  Joyce dan Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)

            Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun interaksi sosial (the social family) menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.  Fokus dari model ini adalah menekankan pada proses bahwa realitas adalah negosiasi sosial dan memprioritaskan pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain guna meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Model –model pembelajaran interaksi sosial disajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3
Model-Model Pembelajaran Interaksi Sosial
No
Model
Tokoh
Tujuan
1
Kerja kelompok (investigation-on group)
Herbert Thelen

John Dewey
Mengembangkan keteramilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuiri ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
2
Inkuiri sosial
Byron Massialas

Benjamin Cox
Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuiri ilmiah dan penalaran logis.
3
Jurispru-dential
National Training Laboratory

Bethel Maine

Donald Oliver

James P. Shaver
Pengembangan keterampilan interpersonal dan kerja kelompok untuk mencapai kesadaran dan fleksibelitas pribadi. Didisain untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan  atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum mausia)
4
Role playing
Fannie Shaftel

George Shaftel
Didisain untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial  melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu
5
Simulasi sosial
Sarene Boocock

Harold Guetzkow
Didisain untuk membantu pengalaman siswa melalui proses sosial dan realitas serta untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan
(Sumber : Bruce  Joyce dan Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)

            Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun perilaku (behavioral models of teaching) didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar sosial, modifikasi perilaku,  atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang memungkinan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang diketahui. Beberapa model pembelajaran rumpun perilaku disajikan pada tabel 1.4
Tabel 1.4
Model-Model Pembelajaran Rumpun Perilaku
No
Model Pembelajaran
Tokoh
Tujuan
1
Contingency management
B.F Skiner
Fakta-fakta, konsep-konsep dan keterampilan
2
Self control
B.F Skiner
Perilaku sosial/keterampilan-keterampilan
3
Relaksasi
Rimm & Masters Wolpe
Tujuan-tujuan pribadi
4
Stress regulation
Rimm & Masters Wolpe
Cara relaksasi untuk mengatasi kecemasan dalam situasi social
5
Assertive training
Wolpe, Lazaurus, Salter
Menyatakan perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial
6
Desensititation
Wolpe
Pola-pola perilaku, keterampilan-keterampilan
7
Direct training
Gagne

Smith & Smith
Pola tingkah laku, keterampilan-keterampilan
(Sumber : Bruce  Joyce dan Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)

(3) Strategi pembelajaran adalah pola umum  tahapan kegiatan yang dillakukan untuk mencapai tujuan belajar. Dikatakan pola umum sebab suatu strategi pada hakikatnya belum mengarah kepada hal-hal yang belum bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. (4) Metode berangkat dari suatu strategi tertentu. Jadi metode adalah pola atau cara yang digunakan sebagai hasil kajian dari strategi pembelajaran. (4) Teknik atau taktik adalah cara penggunaan suatu metode, sehingga teknik atau taktik bersifat lebih praktis yang disusun untuk menjalankan suatu metode dan strategi tertentu. Berikut ini digambarkan hubungan antara pendekatan, model, strategi, metode, taktik/teknik.
Gambar 1.1
Strategi Pembelajaran dan Istilah yang Terkait
(diadaptasikan dari Wina Sanjaya, 2007)

            Berdasarkan urain di atas, secara sederhana dapat dibedakan antara pendekatan, model, strategi, metode, teknik, dan taktik. (1) Pendekatan pembelajaran adalah  pola yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, yaitu pola pendekatan pembelajaran yang perpusat pada guru (teacher centered) atau pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centered). (2) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. (3) Strategi pembelajaran adalah rencana tindakan yang mengandung cara penggunaan metode dengan memanfaatkan berbagai sumber yang relevan dalam pencapaian tujuan. (4) Metode adalah cara yang digunakan dalam menerapkan strategi, dengan kata lain metode adalah upaya yang dilakukan dalam mengimplementasikan rencana pemebelajaran dalam upaya pencapaian tujuan. (5) Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, menerapkan metode ceramah pada siang hari seorang guru harus mempunyai teknik yang berbeda jika berceramah pada pagi hari. (6) Taktik  adalah gaya seorang guru  dalam mengimplemtasikan  suatu teknik atau metode. Taktik bersifat individual, walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dalam upaya memfasilitasi guru-guru merancang pembelajaran inovatif, maka penulis mencoba menyusun model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan bahasan yang sederhana agar guru-guru dari  semua jenjang dapat mengadaptasikannya. Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk hampir semua tugas dalam berbagai kurikulum untuk semua usia siswa. Dalam memilih model-model pembelajaran kooperatif hendaknya didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif siswa, karateristik materi yang dibelajarkan, dan alokasi waktu yang tersedia. Dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran, (Analita Lie, 2010) harus memperhatikan hal-hal berikut.
1.      Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
Suasana pembelajaran hendaknya memungkinkan siswa membentuk makna dari sumber-sumber belajar melalui suatu  proses belajar dan menyimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut (Piaget, 1960 ; Freire, 1970 dalam Anita Lie, 2010). Sumber-sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya inovatif dan kontekstual sehingga siswa belajar tidak merasa asing (Warta, 2011).
2.      Siswa membangun pengetahuan secara aktif
Dalam perolehan pengetahuan hendaknya proses penemuan secara aktif oleh siswa, bukan guru yang menuangkan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa. Teori schemata Piaget menjelaskan bahwa, siswa mengaktifkan struktur kognitifnya dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukkan-masukkan pengetahuan baru.
3.      Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.
Paradigma baru dalam pendidikan adalah lebih menekankan proses daripada hasil, jadi paradigma baru dalam pendidikan menekankan pada pengembangan kompetensi dan prestasi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan mereka.
4.      Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antarpribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses social yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.





























BAB II
COOPERATIF LEARNING


2.1 Pengertian Cooperatif Learning
            Sebagai salah satu model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) mempunyai sintaks atau tahapan-tahapan tertentu.  Menurut Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal senada dikemukakan oleh t Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita (2007), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Menurut banyak keluhan-keluhan guru tentang pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah dilakukan, diantaranya: a) pemborosan waktu, b) siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam kelompok, c) siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya tidak adil, d) siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu, dan e) terjadi situasi kelas yang gaduh.
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) menyatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana pebelajar belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan individu adalah tanggung jawab kelompok.

2.2. Ciri dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Telah disebutkan di atas bahwa tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, yaitu : a) siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender, dan c) penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
Sedangkan prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Anita Lie, 2007 (dalam Warta, 2011) mengemukan bahwa, dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa keterampilan kooperatif sebagai berikut. (1) Keterampilan tingkat awal, meliputi : menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu. (2) Keterampilan tingkat menengah, meliputi : menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisasi, serta mengurangi ketegangan. (3) Keterampilan tingkat mahir, meliputi : mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

2.3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Sintaks/tahapan model pembelajaran kooperatif secara umum terdapat 6(enam) sintaks/langkah, yaitu :
Langkah 1 :  Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 :  Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
Langkah 3 :  Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4 : Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 :  Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 : Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Keenam sintaks model pembelajaran kooperatif oleh Trianto (2007) disajikan dalam bentuk tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

No
Fase
Tingkah Laku Guru
1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa dalam belajar.
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
3
Mengorganisasikan siswa
Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa dan dipilih secara heterogen.
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar dan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari kemudian masing-masing kelompok memprestasikan hasil kerjanya.
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk memberikan penghargaan kepada siswa baik secara individu/kelompok.

2.4 Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2005) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
a.       Saling Ketergantungan Positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b.      Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c.       Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.
d.      Komunikasi antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapat mereka.
e.       Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
2.5 Pembentukan Kelompok dan Penilaian Model Pembelajaran Kooperatif
            Pembentukan kelompok sebaiknya dipilih kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dengan harapan siswa dapat bekerja sama. Salah satu alternatif pembentukan kelompok agar diperoleh kelompok dengan kemampuan heterogen dan seimbang kemampuannya antara kelompok satu dengan kelompok lainnya adalah berdasarkan rangking siswa, seperti ilustrasi berikut ini.
a.       Membuat rangking siswa berdasarkan nilai yang ada atau dengan menggunakan pretes.
b.      Mengklasifikasikan siswa ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah
c.       Menentukan jumlah kelompok (sesuai model cooperative learning yang digunakan)
Penentuan penghargaan kelompok, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut

Tabel 2.2
Contoh Perhitungan Penghargaan Kelompok
Kelompok
Nama
Pretes
Postes
Kenaikan
Rata-rata
Penghargaan kelompok
I
………..
………..
………..
………..
60
50
70
40
78
80
85
75
18
30
15
35
24.5

greet team

II
………..
………..
………..
………..
65
70
45
50
80
90
75
80
15
20
30
30
23.75

greet team

III
………..
………..
………..
………..
70
66
60
55
90
85
90
70
20
19
30
15
21

good team

IV
………..
………..
………..
………..
45
65
70
65
85
80
90
90
40
15
20
25
25

super team









BAB III
RAGAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) adalah tipe STAD, Jigsaw, NHT (Number Heads Together), GI (Group Investigation),  TAI (Team Assited Individualization), TPS (Think Pair Share).

3.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model Student Teams Achievement (Tim Siswa Kelompok Prestasi) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawankawannya. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif.  Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan tujuan untuk melatih peserta didik menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakang untuk mencapai ketuntasan bersama.
            Anita Lie (2007) mengemukakan langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. (1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada peserta didik. Misalnya dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. (2)  Guru memberikan tes/kuis kepada peserta didik secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. (3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. (4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi yang dibelajarkan. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. (5)  Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. (6)  Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.
Arends (1997) membagi menjadi enam fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu : (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar, (4) membantu peserta didik dalam belajar, (5) mengevaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Keenam fase pembelajaran koopertif di atas dirangkum pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase
Kegiatan Guru
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
·     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
·     Memotivasi peserta didik
Fase   2.    Menyajikan informasi
·     Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik
Fase   3.    Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar
·     Guru menyampaikan cara membentuk kelompok
·     Membimbing kelompok belajar agar terjadi perubahan yang efisien
Fase  4. Membantu peserta didik dalam   belajar
·     Guru membimbing peserta didik dalam kelompok dalam mengerjakan tugas
Fase   5.  Mengevaluasi
·     Guru melakukan evaluasi baik kelompok maupun  individu
Fase   6.  Memberikan penghargaan
·     Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompoknya
(Arends, 1997 dalam Warta, 2011)
            Trinato (2007) mengemukakan beberapa persiapan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu :
a.    Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, antara lain : RPP, LKS, dan buku siswa.
b.   Membentuk kelompok kooperatif
Kelompok kooperatif yang dibentuk harus herterogen, baik kemampuan, jenis kelamin, asal, suku, ras, dan sebagainya. Apabila kelas terdiri dari siswa yang homogeny (kecuali kemampuan), maka pembentukan kelompok dapat didasarkan kemampuan akademiknya, yaitu :
1.      Siswa terlebih dahulu dirangking sesuai kemampuan akademiknya yang bertujuan mengurutkan siswa sesuai dengan kemampuan akademiknya untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompoknya.
2.      Menentukan tiga kelompok dalam kelas, yaitu kelompok atas (25%), kelompok tengah (50%) dan kelompok bawah (25%).
c.    Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya atau melalui pretes/kuis.
d.   Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk kelas kooperatif perlu diperhatikan agar memungkinkan kegiatan pembelajaran kooperatif (kooperatif tipe STAD) berjalan dengan kondusip.
e.    Kerja kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu diberikan latihan agar siswa memahami keterampilan-keterampilan yang diperlukan.
Berikut ini diberikan contoh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika.


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran Matematika
Kelas/Semester
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator









Alokasi Waktu
:
:
:
:

:

:









:
SMP …………..
Matematika
VIII/2
Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah
Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
1.   Siswa dapat mengidentifikasi data-data yang diketahui/tersedia pada masalah yang akan diselesaikan.
2.   Siswa dapat merumuskan masalah yang akan diselesaikan.
3.   Siswa dapat memilih strategi pemecahan masalah dengan tepat.
4.   Siswa dapat memilih konsep yang relevan untuk diterapkan dalam pemecahan masalah.
5.   ………………………………………
4 x 40 menit (2 kali pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I
1.      Melalui kegiatan belajar kelompok siswa dapat mengidentifikasi data-data yang diketahui/tersedia pada permasalahan yang akan diselesaikan.
2.      ……………………………………………………………………………………
3.      ……………………………………………………………………………………
Pertemuan II
1.      ……………………………………………………………………………………
2.      ……………………………………………………………………………………

B.     Materi Pembelajaran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

C.    Sumber dan Bahan Ajar
a.       Sumber            :
b.      Bahan              : LKS, ……………

D.       Model dan Metode Pembelajaran
a.       Model                                    : Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
b.      Metode                      : Ekspositori, diskusi, Tanya jawab

E.        Tahapan-Tahapan Pembelajaran
Tahapan
Aktivitas Siswa
Aktivitas Guru
1.   Pendahuluan
·     Memperhatikan penjelasan guru

·     Memperhatikan penjelasan guru


·     Menanggapi pertanyaan guru
·    Menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa
·    Memotivasi dan menginfor-masikan cara belajar yang akan ditempuh (kooperatif tipe STAD)
·    Memberikan pertanyaan untuk mengetahui penguasaan siswa tentang pengetahuan prasyarat
2.   Inti
·     Siswa memperhatikan penjelasan guru


·     Mengerjakan pretes
·     Siswa bergabung dalam kelompok

a.   Fase eksplorasi
·      Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS
b.   Fase elaborasi
·      Mempresentasikan hasil kerja kelompok
·      Memberikan tanggapan pada kelompok lain
c.   Fase Konfirmasi
·      Menjawab kuis
·      Memperbaiki hasil kerja kelompok
·    Menyampaikan materi secara singkat mengenai konsep himpunan dalam pemecahan masalah
·    Memberikan pretes
·    Membagi siswa dalam kelompok berdasarkan nilai pretes

·    Membagikan LKS dan memfasilitasi aktivitas belajar kelompok siswa


·    Mendorong perwakilan kelompok untuk mempresen-tasikan hasil kerja kelompok, dan kelompok lain memberikan tanggapan
·    Memberikan kuis
·    Meminta siswa memperbaiki hasil kerja kelompok yang masih salah
3.   Penutup
·     Membuat rangkuman materi pelajaran yang sudah dipelajari

·     Menerima penghargaan

·     Mencatat tugas
·    Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman materi secara ilmih
·    Memberikan penghargaan kelompok
·    Memberikan tugas rumah

F.        ………………………………………………………………………………………



3.2 Model Jigsaw (Model Tim Ahli)
Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson, dkk kemudian diadaptasikan oleh Slavin,dkk. Seperti halnya pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada model Jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok/tim  4-5 orang anggotanya yang bersifat heterogen sesuai dengan konsep yang akan dibelajarkan. Bahan/konsep yang dibelajarkan  disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan/konsep tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan/konsep tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok pakar (expert group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka anggota dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok pakar (ahli) pada  anggota lain dalam kelompok semula tersebut. Secara singkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
1.      Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen  4-5 orang sesuai dengan konsep yang dibelajarkan.
2.      Tim anggota dalam kelompok/tim diberi bagian materi/konsep yang berbeda .
3.      Anggota dari tim tim yang berbeda yang telah mempelajari materi/konsep yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi/konsep mereka.
4.      Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok asal/semula (home teams) untuk menyampaikan hasil diskusi kepada  anggota lainnya dalam kelompok semula.
5.      Tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6.       Guru memberi evaluasi
7.      Kesimpulan/penutup
Trianto (2007)  mengemukanan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut.
a.       Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang).
b.      Materi pelajaran disajikan dalam bentuk teks yang dibagi menjadi beberapa sub.
c.       Setiap anggota kelompok membaca materi yang ditugaskan dan bertanggung jawab mempelajarinya.
d.      Anggota dari kelompok lain yang sudah mempelajari materi yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk membahasnya.
e.       Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompok asalnya bertugas menyampaikan hasil diskusinya.
f.       Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa diberikan tes.
Warta (2011) merinci tahapan-tahapan atau fase-fase dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berdasarkan pendapat beberapa ahli sebagai berikut.
Fase I: Home Teams/Kelompok Awal/Kelompok Asal.
1.      Mensosialisasikan kepada peserta didik tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang digunakan sebagai setting pembelajaran.
2.      Guru dan peserta didik menyepakati pembentukan kelompok-kelompok asal.
Fase II: Expert Group/Kelompok Ahli/Kelompok Pakar.
  1. Guru dan semua peserta didik pada kelompok asal menyepakati pembagian kelompok ahli dan membagi tugas untuk masing-masing ahli.
  2. Guru dan peserta didik menyepakati pembagian waktu yang digunakan oleh kelompok ahli untuk berdiskusi dan waktu yang digunakan oleh kelompok asal untuk melakukan pentutoran teman sebaya.
  3. Kelompok ahli dipersilahkan bekerja pada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya selama waktu yang telah disepakati.
Fase III: Back to home teams/Kembali ke Kelompok Awal/Kelompok Asal.
  1. Setelah kelompok ahli selesai membahas tugasnya, masing-masing ahli kembali ke kelompok asal.
  2. Di kelompok asal, masing-masing ahli mengimbaskan/mempresentasikan kepada ahli yang lain secara bergilir tentang tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing ahli, yang menerima penjelasan mengelaborasi untuk melengkapi tugas keseluruhan.
Fase IV: Evaluasi.
  1. Menunjuk secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, yang lainnya mencermati, menanggapi, bertanya, menjelaskan dan menyempurnakan laporan masing-masing.
  2. Guru mengumpulkan hasil laporan kelompok untuk selanjutnya dikoreksi, dinilai dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan mengumumkan nilai-nilai kelompok, serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang
Ilustrasi kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

            Contoh RPP dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
mata pelajaran IPA SMP.
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

Kelas/semester

Standar Kompetensi


Kompetensi Dasar

Indikator



Alokasi Waktu
:

:


:

:



:

VIII/2

7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi

7.2 Mendiskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
7.2.1 Membedakan infrasonik, ultrasonik dan audiosonik
7.2.2     Memaparkan karakteristik gelombang bunyi
7.2.3   Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan  sehari-hari.
2 x 40 menit
A.    Tujuan Pembelajaran
Indikator
Tujuan
Ranah
1
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat membedakan infrasonic, ultrasonik dan audiosonik
C2
2
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menjelaskan gelombang bunyi
C2
3
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menyebutkan ciri-ciri resonansi
C1
3
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menyebutkan contoh penerapan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
C3

A.    Materi Pelajaran
a.      Bunyi
Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi dibedakan menjadi tiga, yaitu gelombang infrasonik, gelombang audiosonik, dan gelombang ultrasonik.

1.   Gelombang Infrasonik
Gelombang infrasonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensi di bawah jangkauan manusia, yaitu lebih kecil dari 20 Hz. Gelombang infrasonik hanya mampu didengar oleh beberapa binatang seperti jangkrik, anjing, dan kelelawar.

2.  Gelombang Audiosonik
Gelombang audiosonik adalah gelombang yang mempunyai frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik merupakan gelombang yang mampu didengar oleh pendengaran manusia dan sebagian besar binatang.

3.  Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi di atas jangkauan pendengaran manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz. Kelelawar pada malam hari memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya. Gelombang ini akan dipantulkan kembali bila mengenai benda. Dari gelombang pantul yang didengar tadi, kelelawar dapat mengetahui jarak dan ukuran benda yang berada di depannya. Gelombang ultrasonik dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang, antara lain:
a. untuk mengukur kedalaman air laut,
b. untuk sterilisasi pada makanan,
c. digunakan dalam bidang kedokteran untuk memeriksa tubuh manusia (ultrasonografi), dan
d. kacamata tunanetra.

  1. Resonansi
Resonansi adalah  peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran benda lain. Resonansi dapat terjadi jika frekuensi kedua benda sama.
Peristiwa resonansi dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
1. Telinga manusia
2. Alat musik
3. Rongga mulut katak
Peristiwa resonansi ada juga yang merugikan manusia karena menyebabkan kerusakan atau ketidaknyamanan, contoh : resonansi pada mesin, resonansi pada pesawat, dan resonansi pada mobil.
B.     Model  dan Metode Pembelajaran
a.    Model               : cooperative learning tipe Jigsaw
b.   Metode             : diskusi, tanya jawab
C.    Alat dan Bahan
a.       Alat                 : LCD, Laptop
Alat dan bahan praktikum gejala resonasi
1. Tabung kaca 1 buah
2. Bejana kaca 1 buah
3. Mistar 1 buah
4. Garputala 1 buah
b.      Bahan              : menyesuaikan

D.    Tahapan-Tahapan Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
2.   Pendahuluan
·     Mengucapkan salam
·     Menanggapai pertanyaan guru




·     Mengerjakan kuis
·     Berada/bergabung dalam kelompok
·      Membalas salam siswa
·     Memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ‘mengapa kalau sebuah gelas kaca dipukul dengan sendok mengeluarkan bunyi ?’
·     Memberikan kuis (pretes)
·     Membagi siswa dalam kelompok belajar

3.   Inti
a. Fase Eksplorasi
·      Menerima tugas
·      Tim ahli berkumpul dan melakukan aktivitas belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.
·      Anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusinya ke anggota kelompok asal

b. Fase Elaborasi
·      Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
·      Memberikan tanggapan kepada kelompok lain

·      Melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan kelompok

c. Fase Konfirmasi
·      Mengejarkan tes
·      Memperhatikan dan mereview hasil kegiatan belajar

·     Membagikan tugas kepada masing-masing kelompok
·     Meminta tim ahli berkumpul dan melakukan kegiatan diskusi


·     Meminta angota tim ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusi kepada anggota kelompok asal



·     Menunjuk secara acak salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain memberikan tanggpan
·     Mengarahkan siswa pada pengusaan konsep yang dibelajarkan (memahami konsep ilmiah)
·     Memberikan postes
·     Memberikan penguatan terhadap jawaban siswa
4.   Penutup
·     Merangkum materi yang sudah dipelajari
·     Menerima penghargaan
·     Mencatat tugas
·     Mengucapkan salam
·     Memfasilitasi siswa merangkum materi pelajaran
·     Memberikan penghargaan
·     Memberikan tugas rumah
·     Mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran

E.     Sumber Belajar
-          Buku Paket IPA Terpadu kelas VIII karangan Moch. Agus Krisna dkk dan buku lain yang relevan
-          Diktat IPA Terpadu Kelas VIII Semester 1 (Nyoman Warta)
-          LKS

F.     Penilaian hasil belajar
a.    Teknik penilaian           : tes dan non tes
b.   Bentuk penilaian           : PG dan observasi

Mengetahui                                                                 Singaraja,        
Kepala Sekolah,                                                          Guru Mata Pelajaran,



…………………………                                            ………………………..
NIP.                                                                            NIP.

Lampiran : 1. Penilaian

a.       Penilaian Prestasi Belajar (Kognitif)
Indikator
Soal
Kunci
Skor
1
………………………………………………………….
…..
…..
2
………………………………………………………….
…..
…..
3
………………………………………………………….
…..
…..
3
………………………………………………………….
…..
…..

b.      Penilaian partisipasi kerja kelompok
No
Indikator
Rentang Skor
Jml Skor
1
2
3
1
Peserta didik mengacungkan tangan untuk ikut menyimpulkan




2
Peserta didik merespon pernyataan/simpulan temannya




3
Peserta didik menyempurnakan simpulan yang dikemukakan oleh temannya




4
Peserta didik menghargai pendapat temannya




Kriteria skoring :
1        : kurang aktif
2        : cukup aktif
3        : aktif
Pedoman konversi skor perolehan siswa
Rentang Skor
Kriteria
Mi + Sbi  X  Mi + 3,0 Sbi
Baik
Mi -  Sbi  X <  Mi + Sbi
Cukup
Mi3,0 Sbi   X < Mi Sbi
Kurang

Skormaksimal                 : 4 x 3 = 12
Skorminimum             : 4 x 1 = 4
Mideal                      : ½ (Smak + Smin) = ½ (12 + 4) = 8
Sbi (simpangan baku ideal) = 1/6 (Smak - Smin) = 1/6 (12 - 4) = 1,33



3.3 Model Group Investigation (GI)
Dasar-dasar model pembelajaran group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya. Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, model group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil  5-6 orang dapat bersifat heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasimendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan Secara singkat langkah-langkah group investigation adalah sbb. :
1.   Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2.   Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.   Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.   Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan
5.   Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok
6.   Guru memberi penjelasan singkat dan sekaligus memberikan kesimpulan
7.   Penutup.

Menurut Sharan,dkk (1984) dalam Trianto (2007), membagi langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI menjadi enam (6) langkah.
a.    Memilih topik
Siswa memilih topik dalam suatu permasalahan, biasanya ditetntukan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas.
b.    Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan topik yang dipilihnya.
c.    Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan pada tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada sumber-sumber belajar yang berbeda baik di sekolah mampun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan belajar tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d.   Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan cara meringkas dan menyajikan materi tersebut agar menarik.
e.    Prensentasi hasil final
Kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
f.    Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik sejenis, siswa dan guru melakukan evaluasi setiap kontribusi kelompok terhadap aktivitas  belajar sebagai suatu keseluruhan. evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau kelompok.
            Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan model investigasi kelompok, yaitu : 1) membiasakan setiap pembelajaran menghubungkan konsep yang dibelajarkan dengan  kehidupan sehari-hari, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan 3) selalu memberikan dorongan, semangat dan rasa percaya diri pada setiap siswa.
            Ada tiga konsep utama dalam model group investigation, yaitu :
1.   Inquiry (penyelidikan)
Siswa dihadapkan pada permasalahan yang problematik yang dapat berasal dari siswa atau guru. Permasalahan yang diberikan sebagai stimulus dan akan direspon oleh siswa dalam bentuk mencari pemecahannya.
2.   Knowledge (pengetahuan)
Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tidak serta merta dibawa sejak lahir (hereditas) melainkan diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal tersebut, guru dalam memulai pembelajaran senantiasa memulai dari pengetahuan/ pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
3.   The dynamics of the learning group (dinamika belajar kelompok)
Situasi pembelajaran yang diwarnai saling interaksi dalam usaha pemecahan permasalahan atau objek yang dihadapi. Dalam hal ini terjadi interaksi dengan melibatkan berbagai ide dan pendapat serta terjadi saling tukar pengalaman melalui proses argumentasi. Ide atau prakarsa yang dikemukakan siswa tidak seluruhnya benar atau masih bersifat miskonsepsi. Dari kesalahan-kesalahan konsep tersebut, dengan adanya komunikasi yang dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan mereka. Mereka akan belajar dari kesalahan dengan membandingkan dengan siswa lain, mengapa saya salah dan mengapa orang lain benar.
            Implementasi model group investigasi, guru berperan sebagai fasilitator, konselor, dan mediator. Interfensi guru sangat dikurangi, kecuali terdapat permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh kelompok. Sebagai model pembelajaran, berikut ini disajikan sintaks model penyelidikan kelompok (group investigation) yang dirangkum dari pendapat berbagai ahli (Warta,2012)
Tabel 3.2
Sintaks Pembelajaran Group Investigation
Sintaks
Kegiatan
1.   Orientasi masalah
·      Siswa dihadapkan pada permasalahan problematic
·      Permasalahan bersifat direncanakan atau tidak
2.   Eksplorasi
·      Siswa melakukan eksplorasi terhadap permasalahan problematic
3.   Merencanakan investigasi
·      Siswa memformulasikan tugas-tugas penyelidikan (learning tasks) untuk membangun suatu proses penelitian
4.   Melaksanakan investigasi
·      Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dalam kelompok secara bebas
·      Guru memfasilitasi aktivitas belajar siswa
5.   Evaluasi
·      Siswa menganalisis proses dan kemajuan kegiatan penyelidikan serta melakukan tindak lanjut
·      Mengecek kemajuan belajar siswa dan mendorong tindakan
6.   Pengulangan kegiatan (Recycle activities)
·      Mengulangi kegiatan atau aktivitas



3.4 Model TPS (Think Pair Share)
            Arends, 1987 (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberikan peluang kepada siswa untuk berpikir lebih lama dalam merespon serta saling membantu.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair share) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan dapat diterapkan untuk semua jenis mata pelajaran pada semua usia siswa.    Dalam implementasinya di kelas, langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu :
a.       Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
b.      Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas secara mandiri.
c.       Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
d.      Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat, siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
Trianto, 2007 mengemukakan fase-fase atau sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut.
1.      Fase I : Berpikir (Thingking)
·      Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan terkait konsep yang dibelajarkan.pada siswa dalam menyampaikan jawabannya.
·      Guru memberikan waktu tunggu ke
·      Meminta siswa memikirkan jawaban terhadap pertanyaan atau permasalahan.
2.      Fase II : Berpasangan (Pairing)
·      Meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang mereka pikirkan terhadap permasalahan yang diberikan.
·      Meminta siswa dengan pasangannya masing-masing menyatukan jawaban atau gagasan.
3.      Fase III :  Berbagi (Sharing)
·      Meminta siswa dalam pasangannya berbagi dengan seluruh kelas terhadap jawaban atau gagasan terkait permasalahan yang dibelajarkan.
·      Pasangan berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.


3.5 Model NHT (Numbered  Head Together)
            Number Head Together  pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1963) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu mata pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap penguasaan konsep tersebut. Menurut Trianto (2007), penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan sintaks sebagai berikut.
1.      Fase I : Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 5 orang dan setiap anggota diberi penomoran 1 sampai dengan 5.
2.      Fase II : Mengajukan pettanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan bersifat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya. Misalnya, “berapakah jumlah gigi orang dewasa?”, atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 jenis zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.”
3.      Fase III : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4.      Fase IV : Menjawab
Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan untuk seluruh kelas.
            Dalam implementasinya di kelas, langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
a.       Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Guru memberikan kuis kepada siswa untuk mendapatkan skor awal atau skor dasar.
c.       Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor.
d.      Guru mengajukan pertanyaan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e.       Guru mengecek pemahaman siswa dengan meyebutkan salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu satu siswa yang ditunjuk merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f.       Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g.      Guru memberikan kuis/tes secara individual kepada siswa (skor terkini).
h.      Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan skor skor awal dan skor terkini.
Contoh :
Kelompok
No
Skor dasar
Skor terkini
Peningkatan
Penghargaan


I
1
60
80
20


Great team
2
55
75
20
3
65
90
25
4
50
70
20
5
60
80
20
Jumlah


21


II
1
60
80
20


Good team
2
55
85
30
3
50
70
20
4
65
80
15
5
60
84
24



20,8


III
1
60
80
20


Excellent team
2
55
85
30
3
50
70
20
4
65
80
15
5
60
85
25



22


3.6 Model TAI (Team Assited Individualization)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan mengkombinasikan keunggulan model pembelajaran kooperatif  dengan pembelajaran individual. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas model kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual di bawa ke dalam kelompok untuk didiskusikan dan dibahas anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
            Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI.
1.   Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi secara individual yang dipersiapkan guru.
2.   Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal.
3.   Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang yang heterogen.
4.   Hasil belajar secara invidual didisukusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5.   Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberi penguatan pada materi pelajaran yang telah dibelajarkan.
6.   Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7.   Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor awal ke skor kuis terkini.

















DAFTAR PUSTAKA

Fatirul, Ahmad Noor. Tanpa tahun. Cooperatif Learning. [Online] tersedia dalam http: Triamanjuniarso.wordpress.com. Diakses 2 Mei 2012.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Supinah dan Agus D.W. 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu :Startegi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : P4TK  Matematika.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme : Konsep, Landasan Teoritis -  Praktis dan Implentasinya. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Warta, Nyoman. 2011. Inovasi Penggunaan Sumber Belajar Berbasis Kontekstual dengan Metode Experiential Learning dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Kerta Mandala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Volume 2 Nomor 2 April 2011.

Warta, Nyoman. 2011. Penerapan Model Guided Inquiry Melalui Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Kerta Mandala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Volume 1 Nomor 3 Oktober 2011.

0 comments:

Post a Comment