KOOPERATIF LEARNING
BAB I
PENDAHULUAN
Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses pada point C mengenai prinsip-prinsip penyusunan RPP menegaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penyusunan RPP dibutuhkan pemahaman berbagai model
pembelajaran serta mampu mengintegrasikan dalam tahapan-tahapan pembelajaran
sesuai dengan yang dipersyaratkan Permendiknas sebagai berikut.
1.
Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a.
menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b.
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c.
menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d.
menyampaikan cakupan materi dan
penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
1)
melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan mendalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
2)
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3)
memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya;
4)
melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
5)
memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan
elaborasi, guru:
1)
membiasakan peserta
didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)
memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3)
memberi kesempatan
untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
4)
memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5)
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;
6) rnenfasilitasi peserta didik membuat
laporan eksplorasi yang
dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r
iasi; kerja individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi
peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4)
memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan
pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi
informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e) memberikan
motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Kendati dalam
Permendiknas tersebut dengan jelas merinci tahapan-tahapan pembelajaran, namun
dalam implikasinya masih banyak guru-guru belum paham dalam mengintegrasikan
model-model pembelajaran kedalam tiga tahapan pembelajaran. Permasalahan yang
sering penulis temukan diantaranya : 1) RPP yang digunakan adalah hasil adopsi
tanpa ada proses adaptasi (mungkin adaptasi sebatas nama kepala sekolah, nama
guru mata pelajaran, dan nama sekolah), 2) guru belum memahami model-model
pembelajaran inovatif, 3) guru terbiasa dalam zona nyaman (guru beranggapan
kegiatan pembelajaran begitu-begitu saja), dan 4) guru kurang memahami tuntutan
KTSP.
Mengawali jenis-jenis model
pembelajaran kooperatif (cooperative
learning), terlebih dulu dibahas mengenai strategi pembelajaran dan
istilah-istilah yang terkait. Suastra
(2009) memberikan batasan tentang strategi, model, metode, dan teknik
pembelajaran sebagai berikut.
1. Strategi
pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancanakan dan
kegiatan pembelajaran. Joyce & Weill (dalam Suastra, 2009) mengemukakan
bahwa, setiap model pembelajaran dicirikan dengan adanya : sintaks, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan
pendukung.
3. Metode
pembelajaran adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan. Misalnya metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi,
dan lain-lain.
4. Teknik
pembelajaran adalah menunjuk pada ragam khas penerapan suatu metode tertentu
sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru,
ketersediaan peralatan, kesiapan siswa, dan sebagainya.
Sementara itu Wina Sanjaya
(2007) mendifinisikan strategi pembelajaran dan istilah-istilah yang berkaitan
sebagi berikut. (1) Pendekatan (approach)
adalah istilah yang lebih umum dari strategi pembelajaran. Roy Killen (dalam
Wina Sanjaya, 2007) ada dua jenis pendekatan yang dapat digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (teacher- centered approaches and
students-centered approaches). (2) Model pembelajaran (models of teaching) adalah hal-hal yang dilakukan guru yang
menyangkut empat hal pokok, yaitu : sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip
reaksi, dan sistem penunjang. Terkait dengan model pembelajaran, Joyce (dalam
Wina Sanjaya, 2007) mengelompokkan model mengajar menjadi empat kelompok, yaitu
: kelompok model pemrosesan informasi, kelompok model pribadi, kelompok model
sosial, dan kelompok model tingkah laku.
Model-model pembelajaran
dalam rumpun pemrosesan informasi (the
information processing family) yaitu bagaimana cara seseorang menangani
rangsangan dari lingkungan, menorganisasi data, mengenali masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Jenis-jenis model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi (the information processing family) disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Model-model Pembelajaran rumpun pemrosesan informasi
(the information processing
family)
No
|
Model Pembelajaran
|
Tokoh
|
Tujuan
|
1
|
Berpikir induktif
|
Hilda Taba
|
Ditujukan
secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak
diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan
pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis
informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan keterampilan berpikir.
|
2
|
Latihan Inkuiri
|
Richard Suchman
|
Model
ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak
diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga dalam kehidupan
pada umumnya.
|
3
|
Pembentukan konsep
|
Jerome Bruner, Good-now,
dan Austin
|
Dirancang
terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, siswa dilatih
mempelajari konsep secara efektif
|
4
|
Perkembangan kognitif
|
Jean Piaget, Irving Sigel,
Edmun Sullivan, Lawren-ce dan Kohlberg
|
Dirancang
terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umunya, khususnya berpikir logis,
meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan
pengembangan moral
|
5
|
Advance
organizer
|
David Ausubel
|
Dirancang
untuk meningkatkan kemampuan menglah informasi melalui penyajian materi
beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang telah ada
|
6
|
Mnemonics
|
Pressley. Levin Delaney
|
Strategi
belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi
|
(Sumber
: Bruce dan Marsha Weill, 1986 dan Bruce Joyce, Marsha Weill, dan Beverly
Showers, 1992 : Models of Teaching)
Model-model pembelajaran yang
termasuk rumpun model pribadi (the
personal family) menekankan pada pengembangan pribadi. Dalam belajar, model
ini menekankan pada proses membangun atau mengkontruksi dan mengorganisasikan
fakta, yang memandang manusia sebagai pembentuk makna.Fokus pembelajaran
ditekankan untuk membantu siswa dalam mengembangkan hubungan siswa dengan
lingkungan dan untuk melihat dirinya sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran
pribadi pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Model-Model Pembelajaran Rumpun Pribadi
No
|
Model
|
Tokoh
|
Tujuan
|
1
|
Pengajaran non direktif
|
Carl Rogers
|
Penekanan
pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan
penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan
pada hubungan guru – siswa
|
2
|
Latihan kesadaran
|
Fritz Perts dan William
Schutz
|
Pembentukan
kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri
|
3
|
Sinektik
|
William Gordon
|
Pengembangan
individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
|
4
|
Sistem konseptual
|
David Hunt
|
Didisain
untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas
|
5
|
Pertemuan kelas
|
William Glasser
|
Pengembangan
pemahaman diri dan tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok sosial
lainnya
|
(Sumber : Bruce Joyce dan
Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)
Model-model pembelajaran yang
termasuk rumpun interaksi sosial (the
social family) menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang
lain. Fokus dari model ini adalah
menekankan pada proses bahwa realitas adalah negosiasi sosial dan
memprioritaskan pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain guna meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam
masyarakat secara produktif. Model –model pembelajaran interaksi sosial
disajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3
Model-Model Pembelajaran Interaksi Sosial
No
|
Model
|
Tokoh
|
Tujuan
|
1
|
Kerja
kelompok (investigation-on group)
|
Herbert
Thelen
John
Dewey
|
Mengembangkan
keteramilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan
keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuiri ilmiah.
Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
|
2
|
Inkuiri
sosial
|
Byron
Massialas
Benjamin
Cox
|
Pemecahan
masalah sosial, utamanya melalui inkuiri ilmiah dan penalaran logis.
|
3
|
Jurispru-dential
|
National Training Laboratory
Bethel
Maine
Donald
Oliver
James
P. Shaver
|
Pengembangan
keterampilan interpersonal dan kerja kelompok untuk mencapai kesadaran dan
fleksibelitas pribadi. Didisain untuk melatih kemampuan mengolah informasi
dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu
tentang hukum-hukum mausia)
|
4
|
Role playing
|
Fannie
Shaftel
George
Shaftel
|
Didisain
untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan
nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu
|
5
|
Simulasi
sosial
|
Sarene
Boocock
Harold
Guetzkow
|
Didisain
untuk membantu pengalaman siswa melalui proses sosial dan realitas serta
untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga
untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan
keputusan
|
(Sumber : Bruce Joyce dan
Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)
Model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun perilaku (behavioral
models of teaching) didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada
teori perilaku, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model
pembelajaran ini menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang memungkinan
manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku
yang diketahui. Beberapa model pembelajaran rumpun perilaku disajikan pada
tabel 1.4
Tabel 1.4
Model-Model Pembelajaran Rumpun Perilaku
No
|
Model Pembelajaran
|
Tokoh
|
Tujuan
|
1
|
Contingency
management
|
B.F Skiner
|
Fakta-fakta,
konsep-konsep dan keterampilan
|
2
|
Self
control
|
B.F Skiner
|
Perilaku
sosial/keterampilan-keterampilan
|
3
|
Relaksasi
|
Rimm & Masters Wolpe
|
Tujuan-tujuan
pribadi
|
4
|
Stress
regulation
|
Rimm & Masters Wolpe
|
Cara
relaksasi untuk mengatasi kecemasan dalam situasi social
|
5
|
Assertive
training
|
Wolpe, Lazaurus, Salter
|
Menyatakan
perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial
|
6
|
Desensititation
|
Wolpe
|
Pola-pola
perilaku, keterampilan-keterampilan
|
7
|
Direct
training
|
Gagne
Smith & Smith
|
Pola
tingkah laku, keterampilan-keterampilan
|
(Sumber : Bruce Joyce dan
Marsha Weill, 1982. Model of Teaching)
(3) Strategi pembelajaran adalah pola umum tahapan kegiatan yang dillakukan untuk
mencapai tujuan belajar. Dikatakan pola umum sebab suatu strategi pada
hakikatnya belum mengarah kepada hal-hal yang belum bersifat praktis, suatu
strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. (4) Metode berangkat
dari suatu strategi tertentu. Jadi metode adalah pola atau cara yang digunakan
sebagai hasil kajian dari strategi pembelajaran. (4) Teknik atau taktik adalah
cara penggunaan suatu metode, sehingga teknik atau taktik bersifat lebih
praktis yang disusun untuk menjalankan suatu metode dan strategi tertentu.
Berikut ini digambarkan hubungan antara pendekatan, model, strategi, metode,
taktik/teknik.
Gambar 1.1
Strategi Pembelajaran dan Istilah yang Terkait
(diadaptasikan dari Wina Sanjaya, 2007)
Berdasarkan urain di atas,
secara sederhana dapat dibedakan antara pendekatan, model, strategi, metode,
teknik, dan taktik. (1) Pendekatan pembelajaran adalah pola yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran, yaitu pola pendekatan pembelajaran yang perpusat pada guru (teacher centered) atau pola pembelajaran
yang berpusat pada siswa (students centered).
(2) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang memperlihatkan pola
pembelajaran tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. (3) Strategi pembelajaran adalah rencana tindakan yang
mengandung cara penggunaan metode dengan memanfaatkan berbagai sumber yang
relevan dalam pencapaian tujuan. (4) Metode adalah cara yang digunakan dalam
menerapkan strategi, dengan kata lain metode adalah upaya yang dilakukan dalam
mengimplementasikan rencana pemebelajaran dalam upaya pencapaian tujuan. (5)
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode. Misalnya, menerapkan metode ceramah pada siang hari seorang guru harus
mempunyai teknik yang berbeda jika berceramah pada pagi hari. (6) Taktik adalah gaya seorang guru dalam mengimplemtasikan suatu teknik atau metode. Taktik bersifat
individual, walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah dalam
situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara
berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya
bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dalam upaya
memfasilitasi guru-guru merancang pembelajaran inovatif, maka penulis mencoba
menyusun model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) dengan bahasan yang
sederhana agar guru-guru dari semua jenjang dapat mengadaptasikannya.
Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk hampir semua tugas dalam
berbagai kurikulum untuk semua usia siswa. Dalam memilih model-model pembelajaran
kooperatif hendaknya didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif siswa,
karateristik materi yang dibelajarkan, dan alokasi waktu yang tersedia. Dalam
merancang dan melaksanakan program pembelajaran, (Analita Lie, 2010) harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1.
Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan
dikembangkan oleh siswa.
Suasana
pembelajaran hendaknya memungkinkan siswa membentuk makna dari sumber-sumber
belajar melalui suatu proses belajar dan
menyimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan
lebih lanjut (Piaget, 1960 ; Freire, 1970 dalam Anita Lie, 2010). Sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya inovatif dan kontekstual
sehingga siswa belajar tidak merasa asing (Warta, 2011).
2.
Siswa membangun pengetahuan secara aktif
Dalam
perolehan pengetahuan hendaknya proses penemuan secara aktif oleh siswa, bukan
guru yang menuangkan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa. Teori
schemata Piaget menjelaskan bahwa, siswa mengaktifkan struktur kognitifnya dan
membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukkan-masukkan
pengetahuan baru.
3.
Guru perlu mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa.
Paradigma
baru dalam pendidikan adalah lebih menekankan proses daripada hasil, jadi
paradigma baru dalam pendidikan menekankan pada pengembangan kompetensi dan
prestasi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan
kemampuan mereka.
4.
Pendidikan adalah interaksi pribadi di
antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.
Kegiatan
pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi
antarpribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses social
yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan
membangun pengertian dan pengetahuan bersama.
BAB II
COOPERATIF LEARNING
2.1 Pengertian
Cooperatif Learning
Sebagai salah
satu model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) mempunyai sintaks atau tahapan-tahapan
tertentu. Menurut
Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Hal senada dikemukakan oleh t Muslimin dkk (2000),
semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur penghargaan.
Menurut
Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada
empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya
peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap
anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita
(2007), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
mengembangkan keterampilan sosial. Menurut banyak keluhan-keluhan guru tentang
pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah dilakukan,
diantaranya: a) pemborosan waktu, b) siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman
secara efektif dalam kelompok, c) siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian
tugas dan penilaiannya tidak adil, d) siswa yang kurang pandai dan kurang rajin
akan merasa minder bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu, dan e) terjadi
situasi kelas yang gaduh.
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara
bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya.
Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan
permasalahan.
Sehubungan dengan
pengertian tersebut, Slavin (1984) menyatakan bahwa Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana pebelajar belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
(empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan individu
adalah tanggung jawab kelompok.
2.2. Ciri dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Telah disebutkan di atas bahwa tidak
semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok bisa dianggap sebagai belajar
dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan
wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat meminimalkan
keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu pembelajaran
disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa
didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, yaitu : a) siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai, b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin,
anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender, dan c) penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada
masing-masing individu.
Sedangkan prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Anita Lie, 2007 (dalam Warta, 2011) mengemukan
bahwa, dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa keterampilan kooperatif
sebagai berikut. (1) Keterampilan tingkat awal, meliputi : menggunakan
kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada
dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang
lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu.
(2) Keterampilan tingkat menengah, meliputi : menunjukkan penghargaan dan
simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur
dan mengorganisasi, serta mengurangi ketegangan. (3) Keterampilan tingkat
mahir, meliputi : mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran,
menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.3. Sintaks Model
Pembelajaran Kooperatif
Sintaks/tahapan model pembelajaran
kooperatif secara umum terdapat 6(enam) sintaks/langkah, yaitu :
Langkah 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang
akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 : Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa.
Langkah 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelompokan
siswa.
Langkah 4 : Membimbing
kelompok belajar
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 : Memberikan
penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Keenam sintaks model pembelajaran kooperatif oleh Trianto (2007)
disajikan dalam bentuk tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Sintaks Model
Pembelajaran Kooperatif
No
|
Fase
|
Tingkah
Laku Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa dalam belajar.
|
2
|
Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
|
3
|
Mengorganisasikan
siswa
|
Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang
setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa dan dipilih secara
heterogen.
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar dan
menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari kemudian masing-masing kelompok memprestasikan hasil
kerjanya.
|
6
|
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari cara untuk
memberikan penghargaan kepada siswa baik secara individu/kelompok.
|
2.4 Unsur-Unsur
dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2005) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
a. Saling Ketergantungan Positif
Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b.
Tanggung
Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan
akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat
menurut prosedur model pembelajaran Cooperative
Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan model kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
penyusunan tugasnya.
c.
Tatap
Muka
Setiap kelompok
harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Hasil
pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu
kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada
jumlah hasil masing-masing anggota.
d. Komunikasi
antar Anggota
Unsur
ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan siswa untuk
mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi
Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini
tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan
selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan
pembelajaran cooperative learning.
2.5
Pembentukan Kelompok dan Penilaian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembentukan
kelompok sebaiknya dipilih kelompok siswa dengan kemampuan heterogen dengan
harapan siswa dapat bekerja sama. Salah satu alternatif pembentukan kelompok
agar diperoleh kelompok dengan kemampuan heterogen dan seimbang kemampuannya
antara kelompok satu dengan kelompok lainnya adalah berdasarkan rangking siswa,
seperti ilustrasi berikut ini.
a.
Membuat rangking siswa berdasarkan nilai
yang ada atau dengan menggunakan pretes.
b.
Mengklasifikasikan siswa ke dalam
kelompok tinggi, sedang dan rendah
c.
Menentukan jumlah kelompok (sesuai model
cooperative learning yang digunakan)
Penentuan
penghargaan kelompok, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut
Tabel 2.2
Contoh Perhitungan Penghargaan Kelompok
Kelompok
|
Nama
|
Pretes
|
Postes
|
Kenaikan
|
Rata-rata
|
Penghargaan
kelompok
|
||||||||||||
I
|
………..
………..
………..
………..
|
|
|
|
24.5
|
greet team
|
||||||||||||
II
|
………..
………..
………..
………..
|
|
|
|
23.75
|
greet team
|
||||||||||||
III
|
………..
………..
………..
………..
|
|
|
|
21
|
good team
|
||||||||||||
IV
|
………..
………..
………..
………..
|
|
|
|
25
|
super team
|
BAB
III
RAGAM
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif
yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz
(1988), atau Sharan (1990) adalah tipe STAD, Jigsaw, NHT (Number Heads
Together), GI (Group Investigation),
TAI (Team Assited Individualization),
TPS (Think Pair Share).
3.1
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model Student Teams Achievement (Tim Siswa Kelompok Prestasi) adalah
salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawankawannya. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana
dalam pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif, peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang heterogen dengan tujuan untuk melatih peserta didik menerima
perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakang
untuk mencapai ketuntasan bersama.
Anita Lie (2007) mengemukakan langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut. (1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada
peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan
berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada peserta
didik. Misalnya dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah
ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari
satu. (2) Guru memberikan tes/kuis
kepada peserta didik secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal
kemampuan siswa. (3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang
berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok
berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. (4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang
telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu
antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya
adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi yang
dibelajarkan. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi
dasar yang diharapkan dapat dicapai. (5)
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. (6) Guru memberi penghargaan kepada kelompok
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai
awal ke nilai kuis berikutnya.
Arends (1997) membagi menjadi enam fase
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu : (1) menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan
peserta didik ke dalam kelompok belajar, (4) membantu peserta didik dalam belajar,
(5) mengevaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Keenam fase pembelajaran
koopertif di atas dirangkum pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
|
· Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
· Memotivasi
peserta didik
|
Fase 2.
Menyajikan informasi
|
· Guru
menyampaikan informasi kepada peserta didik
|
Fase 3.
Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar
|
· Guru
menyampaikan cara membentuk kelompok
· Membimbing
kelompok belajar agar terjadi perubahan yang efisien
|
Fase 4. Membantu peserta didik dalam belajar
|
· Guru
membimbing peserta didik dalam kelompok dalam mengerjakan tugas
|
Fase 5.
Mengevaluasi
|
· Guru melakukan
evaluasi baik kelompok maupun individu
|
Fase 6.
Memberikan penghargaan
|
· Guru
memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompoknya
|
(Arends, 1997 dalam Warta, 2011)
Trinato (2007)
mengemukakan beberapa persiapan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD, yaitu :
a. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, antara lain : RPP, LKS,
dan buku siswa.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Kelompok kooperatif yang dibentuk harus herterogen, baik kemampuan,
jenis kelamin, asal, suku, ras, dan sebagainya. Apabila kelas terdiri dari
siswa yang homogeny (kecuali kemampuan), maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan kemampuan akademiknya, yaitu :
1.
Siswa terlebih dahulu dirangking
sesuai kemampuan akademiknya yang bertujuan mengurutkan siswa sesuai dengan
kemampuan akademiknya untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompoknya.
2.
Menentukan tiga kelompok dalam
kelas, yaitu kelompok atas (25%), kelompok tengah (50%) dan kelompok bawah
(25%).
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya atau melalui pretes/kuis.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk kelas kooperatif perlu diperhatikan agar
memungkinkan kegiatan pembelajaran kooperatif (kooperatif tipe STAD) berjalan
dengan kondusip.
e. Kerja kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu diberikan
latihan agar siswa memahami keterampilan-keterampilan yang diperlukan.
Berikut ini diberikan contoh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran Matematika
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Alokasi Waktu
|
:
:
:
:
:
:
:
|
SMP …………..
Matematika
VIII/2
Menggunakan
konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah
Menggunakan
konsep himpunan dalam pemecahan masalah
1. Siswa
dapat mengidentifikasi data-data yang diketahui/tersedia pada masalah yang
akan diselesaikan.
2. Siswa
dapat merumuskan masalah yang akan diselesaikan.
3. Siswa
dapat memilih strategi pemecahan masalah dengan tepat.
4.
Siswa dapat memilih konsep yang
relevan untuk diterapkan dalam pemecahan masalah.
5.
………………………………………
4 x 40 menit (2 kali pertemuan)
|
A.
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan
I
1.
Melalui kegiatan belajar kelompok
siswa dapat mengidentifikasi data-data yang diketahui/tersedia pada
permasalahan yang akan diselesaikan.
2.
……………………………………………………………………………………
3.
……………………………………………………………………………………
Pertemuan
II
1.
……………………………………………………………………………………
2.
……………………………………………………………………………………
B.
Materi Pembelajaran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C.
Sumber dan Bahan Ajar
a.
Sumber :
b.
Bahan :
LKS, ……………
D.
Model dan Metode Pembelajaran
a. Model : Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
b. Metode :
Ekspositori, diskusi, Tanya jawab
E.
Tahapan-Tahapan Pembelajaran
Tahapan
|
Aktivitas Siswa
|
Aktivitas Guru
|
1.
Pendahuluan
|
·
Memperhatikan
penjelasan guru
·
Memperhatikan
penjelasan guru
·
Menanggapi
pertanyaan guru
|
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa
·
Memotivasi
dan menginfor-masikan cara belajar yang akan ditempuh (kooperatif tipe STAD)
·
Memberikan
pertanyaan untuk mengetahui penguasaan siswa tentang pengetahuan prasyarat
|
2.
Inti
|
·
Siswa
memperhatikan penjelasan guru
·
Mengerjakan
pretes
·
Siswa
bergabung dalam kelompok
a.
Fase
eksplorasi
·
Siswa
melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mengerjakan
permasalahan-permasalahan pada LKS
b.
Fase
elaborasi
·
Mempresentasikan
hasil kerja kelompok
·
Memberikan
tanggapan pada kelompok lain
c.
Fase
Konfirmasi
·
Menjawab
kuis
·
Memperbaiki
hasil kerja kelompok
|
·
Menyampaikan
materi secara singkat mengenai konsep himpunan dalam pemecahan masalah
·
Memberikan
pretes
·
Membagi
siswa dalam kelompok berdasarkan nilai pretes
·
Membagikan
LKS dan memfasilitasi aktivitas belajar kelompok siswa
·
Mendorong
perwakilan kelompok untuk mempresen-tasikan hasil kerja kelompok, dan
kelompok lain memberikan tanggapan
·
Memberikan
kuis
·
Meminta
siswa memperbaiki hasil kerja kelompok yang masih salah
|
3.
Penutup
|
·
Membuat
rangkuman materi pelajaran yang sudah dipelajari
·
Menerima
penghargaan
·
Mencatat
tugas
|
·
Memfasilitasi
siswa dalam membuat rangkuman materi secara ilmih
·
Memberikan
penghargaan kelompok
·
Memberikan
tugas rumah
|
F.
………………………………………………………………………………………
3.2 Model Jigsaw (Model Tim Ahli)
Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson, dkk
kemudian diadaptasikan oleh Slavin,dkk. Seperti halnya pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, pada model Jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok/tim 4-5 orang anggotanya yang
bersifat heterogen sesuai dengan konsep yang akan dibelajarkan. Bahan/konsep
yang dibelajarkan disajikan kepada siswa
dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu
bagian dari bahan/konsep tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim yang
berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik
yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan/konsep
tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok pakar (expert
group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka
anggota dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompok pakar (ahli) pada anggota lain dalam kelompok semula tersebut. Secara
singkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
1.
Siswa dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok heterogen 4-5 orang
sesuai dengan konsep yang dibelajarkan.
2.
Tim anggota dalam kelompok/tim diberi
bagian materi/konsep yang berbeda .
3.
Anggota dari tim tim yang berbeda
yang telah mempelajari materi/konsep yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi/konsep mereka.
4. Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota
kelompok kembali ke kelompok asal/semula (home
teams) untuk menyampaikan hasil diskusi kepada anggota lainnya dalam kelompok semula.
5.
Tiap kelompok/tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi
6.
Guru memberi evaluasi
7.
Kesimpulan/penutup
Trianto (2007) mengemukanan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut.
a.
Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang).
b.
Materi
pelajaran disajikan dalam bentuk teks yang dibagi menjadi beberapa sub.
c.
Setiap
anggota kelompok membaca materi yang ditugaskan dan bertanggung jawab
mempelajarinya.
d.
Anggota
dari kelompok lain yang sudah mempelajari materi yang sama bertemu dalam
kelompok ahli untuk membahasnya.
e.
Setiap
anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompok asalnya bertugas menyampaikan
hasil diskusinya.
f.
Pada
pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa diberikan tes.
Warta
(2011) merinci tahapan-tahapan atau fase-fase dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berdasarkan
pendapat beberapa ahli sebagai berikut.
Fase I: Home
Teams/Kelompok Awal/Kelompok Asal.
1. Mensosialisasikan
kepada peserta didik tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang digunakan sebagai setting pembelajaran.
2. Guru dan
peserta didik menyepakati pembentukan kelompok-kelompok asal.
Fase II: Expert
Group/Kelompok Ahli/Kelompok Pakar.
- Guru dan semua peserta didik pada kelompok asal menyepakati pembagian kelompok ahli dan membagi tugas untuk masing-masing ahli.
- Guru dan peserta didik menyepakati pembagian waktu yang digunakan oleh kelompok ahli untuk berdiskusi dan waktu yang digunakan oleh kelompok asal untuk melakukan pentutoran teman sebaya.
- Kelompok ahli dipersilahkan bekerja pada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya selama waktu yang telah disepakati.
Fase III: Back to home teams/Kembali
ke Kelompok Awal/Kelompok Asal.
- Setelah kelompok ahli selesai membahas tugasnya, masing-masing ahli kembali ke kelompok asal.
- Di kelompok asal, masing-masing ahli mengimbaskan/mempresentasikan kepada ahli yang lain secara bergilir tentang tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing ahli, yang menerima penjelasan mengelaborasi untuk melengkapi tugas keseluruhan.
Fase IV: Evaluasi.
- Menunjuk secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, yang lainnya mencermati, menanggapi, bertanya, menjelaskan dan menyempurnakan laporan masing-masing.
- Guru mengumpulkan hasil laporan kelompok untuk selanjutnya dikoreksi, dinilai dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan mengumumkan nilai-nilai kelompok, serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang
Ilustrasi kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Contoh
RPP dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
mata pelajaran IPA SMP.
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas/semester
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Alokasi
Waktu
|
:
:
:
:
:
|
VIII/2
7.
Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk
teknologi
7.2
Mendiskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
7.2.1
Membedakan infrasonik, ultrasonik dan audiosonik
7.2.2
Memaparkan karakteristik gelombang bunyi
7.2.3
Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari.
2
x 40 menit
|
A.
Tujuan Pembelajaran
Indikator
|
Tujuan
|
Ranah
|
1
|
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat membedakan infrasonic, ultrasonik
dan audiosonik
|
C2
|
2
|
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menjelaskan gelombang bunyi
|
C2
|
3
|
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menyebutkan ciri-ciri resonansi
|
C1
|
3
|
Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menyebutkan contoh penerapan
gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
|
C3
|
A.
Materi Pelajaran
a. Bunyi
Berdasarkan frekuensinya, gelombang
bunyi dibedakan menjadi tiga, yaitu gelombang infrasonik, gelombang audiosonik,
dan gelombang ultrasonik.
1.
Gelombang Infrasonik
Gelombang infrasonik adalah gelombang
yang mempunyai frekuensi di bawah jangkauan manusia, yaitu lebih kecil dari 20
Hz. Gelombang infrasonik hanya mampu didengar oleh beberapa binatang seperti
jangkrik, anjing, dan kelelawar.
2.
Gelombang Audiosonik
Gelombang audiosonik adalah gelombang
yang mempunyai frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik
merupakan gelombang yang mampu didengar oleh pendengaran manusia dan sebagian
besar binatang.
3.
Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi
di atas jangkauan pendengaran manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz.
Kelelawar pada malam hari memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya.
Gelombang ini akan dipantulkan kembali bila mengenai benda. Dari gelombang
pantul yang didengar tadi, kelelawar dapat mengetahui jarak dan ukuran benda
yang berada di depannya. Gelombang ultrasonik dimanfaatkan oleh manusia dalam
berbagai bidang, antara lain:
a. untuk
mengukur kedalaman air laut,
b. untuk
sterilisasi pada makanan,
c. digunakan
dalam bidang kedokteran untuk memeriksa tubuh manusia (ultrasonografi), dan
d. kacamata
tunanetra.
- Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu
benda karena pengaruh getaran benda lain. Resonansi dapat terjadi jika
frekuensi kedua benda sama.
Peristiwa resonansi dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
1. Telinga manusia
2. Alat musik
3. Rongga mulut katak
Peristiwa resonansi ada juga yang
merugikan manusia karena menyebabkan kerusakan atau ketidaknyamanan, contoh :
resonansi pada mesin, resonansi pada pesawat, dan resonansi pada mobil.
B.
Model dan Metode Pembelajaran
a. Model : cooperative learning tipe Jigsaw
b. Metode : diskusi, tanya jawab
C.
Alat dan Bahan
a.
Alat : LCD, Laptop
Alat dan bahan praktikum gejala resonasi
1.
Tabung kaca 1 buah
2.
Bejana kaca 1 buah
3.
Mistar 1 buah
4.
Garputala 1 buah
b. Bahan :
menyesuaikan
D. Tahapan-Tahapan
Pembelajaran
Tahapan
|
Kegiatan Siswa
|
Kegiatan Guru
|
2.
Pendahuluan
|
·
Mengucapkan salam
·
Menanggapai pertanyaan guru
·
Mengerjakan kuis
·
Berada/bergabung dalam
kelompok
|
·
Membalas salam siswa
· Memotivasi
siswa dengan memberikan pertanyaan ‘mengapa kalau sebuah gelas kaca dipukul
dengan sendok mengeluarkan bunyi ?’
· Memberikan
kuis (pretes)
· Membagi siswa
dalam kelompok belajar
|
3.
Inti
|
a. Fase Eksplorasi
·
Menerima tugas
·
Tim ahli berkumpul dan
melakukan aktivitas belajar untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi
tanggung jawabnya.
·
Anggota tim ahli kembali ke
kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusinya ke anggota kelompok asal
b. Fase Elaborasi
·
Mempresentasikan hasil
diskusi kelompok
·
Memberikan tanggapan kepada
kelompok lain
·
Melakukan koreksi terhadap
hasil pekerjaan kelompok
c. Fase Konfirmasi
·
Mengejarkan tes
·
Memperhatikan dan mereview
hasil kegiatan belajar
|
·
Membagikan tugas kepada
masing-masing kelompok
·
Meminta tim ahli berkumpul
dan melakukan kegiatan diskusi
·
Meminta angota tim ahli
kembali ke kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusi kepada anggota
kelompok asal
·
Menunjuk secara acak salah
satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggpan
·
Mengarahkan siswa pada pengusaan
konsep yang dibelajarkan (memahami konsep ilmiah)
·
Memberikan postes
·
Memberikan penguatan
terhadap jawaban siswa
|
4.
Penutup
|
·
Merangkum materi yang sudah
dipelajari
·
Menerima penghargaan
·
Mencatat tugas
·
Mengucapkan salam
|
·
Memfasilitasi siswa
merangkum materi pelajaran
·
Memberikan penghargaan
·
Memberikan tugas rumah
·
Mengucapkan salam untuk
mengakhiri pembelajaran
|
E.
Sumber
Belajar
-
Buku Paket IPA Terpadu kelas VIII
karangan Moch. Agus Krisna dkk dan buku lain yang relevan
-
Diktat IPA Terpadu Kelas VIII Semester 1
(Nyoman Warta)
-
LKS
F.
Penilaian
hasil belajar
a. Teknik
penilaian : tes dan non tes
b. Bentuk
penilaian : PG dan observasi
Mengetahui Singaraja,
Kepala Sekolah, Guru
Mata Pelajaran,
………………………… ………………………..
NIP. NIP.
Lampiran : 1. Penilaian
a.
Penilaian Prestasi Belajar (Kognitif)
Indikator
|
Soal
|
Kunci
|
Skor
|
1
|
………………………………………………………….
|
…..
|
…..
|
2
|
………………………………………………………….
|
…..
|
…..
|
3
|
………………………………………………………….
|
…..
|
…..
|
3
|
………………………………………………………….
|
…..
|
…..
|
b.
Penilaian partisipasi kerja kelompok
No
|
Indikator
|
Rentang Skor
|
Jml Skor
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Peserta
didik mengacungkan tangan untuk ikut menyimpulkan
|
||||
2
|
Peserta
didik merespon pernyataan/simpulan temannya
|
||||
3
|
Peserta
didik menyempurnakan simpulan yang dikemukakan oleh temannya
|
||||
4
|
Peserta
didik menghargai pendapat temannya
|
Kriteria skoring :
1
: kurang aktif
2
: cukup aktif
3
: aktif
Pedoman
konversi skor perolehan siswa
Rentang Skor
|
Kriteria
|
Mi + Sbi
X
Mi + 3,0 Sbi
|
Baik
|
Mi - Sbi
X <
Mi + Sbi
|
Cukup
|
Mi – 3,0 Sbi
X < Mi – Sbi
|
Kurang
|
Skormaksimal
: 4 x 3 = 12
Skorminimum : 4 x 1 = 4
Mideal :
½ (Smak + Smin) = ½ (12 + 4) = 8
Sbi
(simpangan baku ideal) = 1/6 (Smak - Smin) = 1/6 (12 - 4)
= 1,33
3.3 Model Group
Investigation (GI)
Dasar-dasar model pembelajaran group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert
Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya.
Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, model group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih
kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada
model group investigation, sejak awal
siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya,
mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil 5-6 orang
dapat bersifat heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman
atau kesamaan minat. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikuti/melakukan investigasimendalam terhadap berbagai subtopik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan Secara singkat langkah-langkah group
investigation adalah sbb. :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas
satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.
Masing-masing kelompok membahas
materi yang sudah ada secara kooperatif
yang bersifat penemuan
5.
Setelah selesai diskusi, juru
bicara kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok
6.
Guru memberi penjelasan singkat dan
sekaligus memberikan kesimpulan
7.
Penutup.
Menurut Sharan,dkk (1984) dalam Trianto
(2007), membagi langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI menjadi
enam (6) langkah.
a.
Memilih
topik
Siswa memilih topik dalam suatu
permasalahan, biasanya ditetntukan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan
menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas.
b.
Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan topik yang dipilihnya.
c.
Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah
mereka kembangkan pada tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan
ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada
sumber-sumber belajar yang berbeda baik di sekolah mampun di luar sekolah. Guru
secara ketat mengikuti kemajuan belajar tiap kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
d.
Analisis
dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis
informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan cara meringkas dan
menyajikan materi tersebut agar menarik.
e.
Prensentasi
hasil final
Kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan
agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan
memperoleh perspektif luas pada topik itu.
f.
Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani
aspek yang berbeda dari topik sejenis, siswa dan guru melakukan evaluasi setiap
kontribusi kelompok terhadap aktivitas
belajar sebagai suatu keseluruhan. evaluasi yang dilakukan dapat berupa
penilaian individu atau kelompok.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan model investigasi kelompok,
yaitu : 1) membiasakan setiap pembelajaran menghubungkan konsep yang
dibelajarkan dengan kehidupan
sehari-hari, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan 3) selalu memberikan
dorongan, semangat dan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Ada tiga konsep utama dalam model group investigation, yaitu :
1.
Inquiry (penyelidikan)
Siswa dihadapkan pada
permasalahan yang problematik yang dapat berasal dari siswa atau guru.
Permasalahan yang diberikan sebagai stimulus dan akan direspon oleh siswa dalam
bentuk mencari pemecahannya.
2.
Knowledge
(pengetahuan)
Pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa tidak serta merta dibawa sejak lahir (hereditas) melainkan diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
hal tersebut, guru dalam memulai pembelajaran senantiasa memulai dari
pengetahuan/ pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
3.
The
dynamics of the learning group (dinamika belajar kelompok)
Situasi pembelajaran yang
diwarnai saling interaksi dalam usaha pemecahan permasalahan atau objek yang
dihadapi. Dalam hal ini terjadi interaksi dengan melibatkan berbagai ide dan
pendapat serta terjadi saling tukar pengalaman melalui proses argumentasi. Ide
atau prakarsa yang dikemukakan siswa tidak seluruhnya benar atau masih bersifat
miskonsepsi. Dari kesalahan-kesalahan konsep tersebut, dengan adanya komunikasi
yang dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan mereka.
Mereka akan belajar dari kesalahan dengan membandingkan dengan siswa lain,
mengapa saya salah dan mengapa orang lain benar.
Implementasi model group investigasi, guru berperan sebagai
fasilitator, konselor, dan mediator. Interfensi guru sangat dikurangi, kecuali
terdapat permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh kelompok. Sebagai
model pembelajaran, berikut ini disajikan sintaks model penyelidikan kelompok (group investigation) yang dirangkum dari pendapat berbagai ahli (Warta,2012)
Tabel 3.2
Sintaks Pembelajaran Group Investigation
Sintaks
|
Kegiatan
|
1.
Orientasi masalah
|
· Siswa dihadapkan pada
permasalahan problematic
· Permasalahan bersifat
direncanakan atau tidak
|
2.
Eksplorasi
|
· Siswa melakukan eksplorasi
terhadap permasalahan problematic
|
3.
Merencanakan investigasi
|
· Siswa memformulasikan
tugas-tugas penyelidikan (learning
tasks) untuk membangun suatu proses penelitian
|
4.
Melaksanakan investigasi
|
· Siswa melakukan kegiatan
penyelidikan dalam kelompok secara bebas
· Guru memfasilitasi aktivitas
belajar siswa
|
5.
Evaluasi
|
· Siswa menganalisis proses
dan kemajuan kegiatan penyelidikan serta melakukan tindak lanjut
· Mengecek kemajuan belajar
siswa dan mendorong tindakan
|
6.
Pengulangan kegiatan (Recycle
activities)
|
· Mengulangi kegiatan atau
aktivitas
|
3.4 Model TPS
(Think Pair Share)
Arends,
1987 (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa think
pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think pair share dapat
memberikan peluang kepada siswa untuk berpikir lebih lama dalam merespon serta
saling membantu.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair share) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis
model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan dapat diterapkan untuk semua jenis mata pelajaran pada semua usia siswa.
Dalam implementasinya di kelas, langkah-langkah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu :
a. Guru
membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua
kelompok.
b. Setiap
siswa memikirkan dan mengerjakan tugas secara mandiri.
c. Siswa
berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya.
d. Kedua
pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat, siswa mempunyai kesempatan
untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
Trianto, 2007 mengemukakan
fase-fase atau sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut.
1.
Fase I : Berpikir (Thingking)
· Guru
mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan terkait konsep yang
dibelajarkan.pada siswa dalam menyampaikan jawabannya.
· Guru
memberikan waktu tunggu ke
· Meminta
siswa memikirkan jawaban terhadap pertanyaan atau permasalahan.
2.
Fase II :
Berpasangan (Pairing)
·
Meminta
siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang mereka pikirkan terhadap
permasalahan yang diberikan.
·
Meminta
siswa dengan pasangannya masing-masing menyatukan jawaban atau gagasan.
3.
Fase III
: Berbagi (Sharing)
·
Meminta
siswa dalam pasangannya berbagi dengan seluruh kelas terhadap jawaban atau
gagasan terkait permasalahan yang dibelajarkan.
·
Pasangan
berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.
3.5 Model NHT
(Numbered Head Together)
Number
Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen
(1963) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu mata pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap penguasaan
konsep tersebut. Menurut Trianto (2007), penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan sintaks sebagai berikut.
1.
Fase I :
Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 5 orang dan setiap
anggota diberi penomoran 1 sampai dengan 5.
2.
Fase II :
Mengajukan pettanyaan
Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan bersifat
spesifik dalam bentuk kalimat Tanya. Misalnya, “berapakah jumlah gigi orang
dewasa?”, atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5
jenis zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.”
3.
Fase III : Berpikir bersama
Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4.
Fase IV : Menjawab
Guru
memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangan dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dalam implementasinya di
kelas, langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
a.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b.
Guru memberikan kuis kepada siswa untuk
mendapatkan skor awal atau skor dasar.
c.
Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok,
setiap anggota kelompok diberi nomor.
d.
Guru mengajukan pertanyaan untuk dipecahkan
bersama dalam kelompok.
e.
Guru mengecek pemahaman siswa dengan meyebutkan
salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu satu siswa
yang ditunjuk merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g.
Guru memberikan kuis/tes secara individual
kepada siswa (skor terkini).
h.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok
berdasarkan perolehan skor skor awal dan skor terkini.
Contoh :
Kelompok
|
No
|
Skor dasar
|
Skor terkini
|
Peningkatan
|
Penghargaan
|
I
|
1
|
60
|
80
|
20
|
Great team
|
2
|
55
|
75
|
20
|
||
3
|
65
|
90
|
25
|
||
4
|
50
|
70
|
20
|
||
5
|
60
|
80
|
20
|
||
Jumlah
|
21
|
||||
II
|
1
|
60
|
80
|
20
|
Good team
|
2
|
55
|
85
|
30
|
||
3
|
50
|
70
|
20
|
||
4
|
65
|
80
|
15
|
||
5
|
60
|
84
|
24
|
||
20,8
|
|||||
III
|
1
|
60
|
80
|
20
|
Excellent team
|
2
|
55
|
85
|
30
|
||
3
|
50
|
70
|
20
|
||
4
|
65
|
80
|
15
|
||
5
|
60
|
85
|
25
|
||
22
|
3.6 Model TAI
(Team Assited Individualization)
Model pembelajaran kooperatif
tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan mengkombinasikan keunggulan model
pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran individual. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih
banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas model kooperatif tipe TAI
adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual di bawa ke dalam kelompok
untuk didiskusikan dan dibahas anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Berikut
ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI.
1. Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi secara individual yang
dipersiapkan guru.
2. Guru
memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal.
3. Guru
membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang yang
heterogen.
4. Hasil
belajar secara invidual didisukusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberi penguatan
pada materi pelajaran yang telah dibelajarkan.
6. Guru
memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7. Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor awal ke skor kuis terkini.
DAFTAR
PUSTAKA
Fatirul,
Ahmad Noor. Tanpa tahun. Cooperatif
Learning. [Online] tersedia dalam http: Triamanjuniarso.wordpress.com.
Diakses 2 Mei 2012.
Lie,
Anita. 2010. Cooperative Learning :
Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta :
Grasindo.
Supinah
dan Agus D.W. 2009. Modul Matematika SD
Program Bermutu :Startegi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta :
P4TK Matematika.
Trianto.
2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivisme : Konsep,
Landasan Teoritis - Praktis dan
Implentasinya. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Warta,
Nyoman. 2011. Inovasi Penggunaan Sumber
Belajar Berbasis Kontekstual dengan Metode Experiential Learning dalam
Pembelajaran Sains. Jurnal Kerta Mandala Dinas Pendidikan Kabupaten
Buleleng, Volume 2 Nomor 2 April 2011.
Warta,
Nyoman. 2011. Penerapan Model Guided
Inquiry Melalui Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran
IPA. Jurnal Kerta Mandala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Volume 1
Nomor 3 Oktober 2011.
0 comments:
Post a Comment