Tuesday 13 August 2013

Saturday 10 August 2013

PROPOSAL TESIS


PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF  TIPE STAD DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA  KELAS 4 SD GUGUS III UDAYANA KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

 Oleh
Gst Made Suartawan,M.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Penelitian
Proses untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan sasaran pembangunan saat ini dan merupakan tanggung jawab seluruh mayarakat dan bangsa Indonesia adalah pendidikan. Hal ini relevan dengan undang-undang no 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah  untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Perlu disadari bahwa dengan semakin pesatnya perkembangan dan perubahan sebagai akibat dari terjadinya globalisasi di hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, seharusnya menjadi dasar pijak keharusan untuk memikirkan dan mereformulasi ulang tentang sistem dan pola pelaksanaan pendidikan. Bagaimanapun juga sebuah sistem pada suatu masa akan sangat sesuai akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sistem tersebut akan sangat tertinggal dan tidak dapat memenuhi tuntutan perubahan yang terjadi kemudian.
Realitas di Indonesia membuktikan bahwa ada kecenderungan tidak seimbanganya antara penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dengan laju perubahan yang terjadi. Hal tersebut kemudian berakibat pada terjadinya distorsi antara kebutuhan tenaga yang memiliki keahlian, keterampilan dan kompotensi tertentu yang tidak mampu disiapkan dari lembaga pendidikan terhadap tingkat kebutuhan sumber daya manusia di masyarakat. Padahal pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut seharusnya didapatkan dari out put lembaga pendidikan yang ada. Perubahan drastis dari orde Baru menjadi orde reformasi seharusnya menjadi pijakan dasar keharusan pendidikan untuk melakukan reorientasi ulang terhadap sistem dan pola pelaksanaan pendidikan nasional. Asumsi tersebut didasarkan pada kecenderungan rendahnya penyiapan sumber daya manusia dengan tingkat kebutuhan di masyarakat. Lebih sfesifik bahwa lembaga pendidikan di Indonesia cenderung mengalami penurunan dari segi kualitas dan meningkat dari segi kuantitas. Sehingga dibutuhkan adanya upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan dasar  sebagai pijakan awal pendidikan di Indonesia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan umat manusia pada abad globalisasi. Pada era globalisasi batas-batas geografis negara menjadi kabur. Batas-batas peradaban menjadi benturan antar peradaban. Konflik antar peradaban merupakan fase akhir dalam evolusi konflik dunia modern. Kemajuan iptek telah mempendek jarak dan waktu demikian kuatnya. Kejadian di suatu tempat lokal, sudah menjadi bagian lokalitas lintas bangsa dan benua. Ekses globalisasi telah merambah berbagai lini kehidupan umat manusia, entah itu politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk juga pendidikan.  Pendidikan IPS yang selama ini terkesan jalan di tempat, masih belum mendapatkan posisi yang membanggakan di tengah arus globalisasi. Menghadapi fenomena ini, Pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Melalui pembelajaran IPS diharapkan mampu dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek keterampilan (skill). Untuk skala Indonesia, maka tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagaimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Keterjangkauan materi mata pelajaran IPS sering dianggap “over load” (tanpa seleksi dan adaptasi) dan sering diidentikan dengan pelajaran hafalan, sehingga, kerap kali menghalangi siswa untuk belajar efektif.
            Atas berbagai pengalaman dilapangan bahwa penyebab hambatan belajar pada siswa sangat kompleks sehingga permasalahan yang timbul juga kompleks seperti: model atau metode pembelajaran, masalah motivasi belajar siswa, bagaimana terhadap kelompok siswa yang punya kemampuan dan motivasi rendah serta bagaimana terhadap kelompok yang punya kemampuan tinggi dan motivasi tinggi dan lain lain, yang pada akhirnya sebagai tolok ukur adalah hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
            Dan itu pula terjadi pada siswa kelas 4 SD di Gugus 3 Udayana Kecamatan mendoyo tentang masalah/ kendala yang masih dirasakan terutama pada pembelajaran IPS beberapa yang dapat dikemukakan seperti; 1). faktor kekuasaan, 2). masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru yang berkaiatan dengan kompetensi yang semestinya dimiliki oleh seorang guru, misalnya penggunaan model/metode mengajar dan lain lain, sedangkan untuk siswa seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata rata hasil ujiannya, 3). dalam hal proses adanya motivasi yang kurang sehingga siswa sering mengabaikan pembelajaran termasuk hasil belajar, kurang disiplin 4). Demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan yang diharapkan suatu ketika bisa optimal,  satu dengan lainnya saling mempengaruhi yang bermuara pada hasil belajar rendah.
Mengingat kompleknya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap permasalahan  yang kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang  dihadapi dengan pemanfaatan model pembelajaran inovatif salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran Kooperatif dipandang sebagai model pembelajaran yang efektif, khususnya pada pembelajaran IPS, karena penerapan model pembelajaran kooperatif  terdiri atas siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang diharapkan  yaitu sebuah kondisi belajar yang kondusif dan mendukung kebutuhan belajar siswa. Ini terbukti dari beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh : Sumarningsih, 2011. tesis : Pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  terhadap hasil belajar IPA SD kelas 5 Gugus 5 Kecamatan. Pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD  terhadap hasil belajar IPA SD kelas 5 Gugus 5 Kecamatan penebel
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD. Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD Menurut Davidson (dalam Raharjo ,  2007:26) :          
a)      Meningkatkan kecakapan individu
b)      Meningkatkan kecakapan kelompok
c)      Meningkatkan komitmen
d)     Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e)      Tidak bersifat kompetitif
f)       Tidak memiliki rasa dendam

             Disamping penggunaan model pembelajaran, juga secara khusus akan dilihat tentang faktor “ Motivasi Belajar “ (Anita,2002, 102). Sebab motivasi dalam diri dari setiap individu itu berbeda, maka hasil belajar antara individu yang satu dengan yang lainnya kana berbeda . Motivasi yang satu dengan yang laiinya berbeda akna tergambar sejauh mana prestasi yang dimiliki oleh setiap  individu. Apakah motivasinya rendah sehingga  hasilnya rendah, dan rendah pula prestasi yang dimiliki oleh siswa, dan sebaliknya. Sehingga bagaimana peserta didik dalam pembelajaran itu memperoleh  hasil yang lebih maksimal terhadap penguasaan kompetensi sesuai dengan indicator yang ditentukan.

1.2   Identifikasi Masalah.
        Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa ada berbagai dimensi yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan yang memiliki mutu berkualitas. Analisis atas perkembangan pendidikan di Indonesia, sejak dulu hingga sekarang, membuat pada kesimpulan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang harus dicermati untuk penyelenggaraan pendidikan terutama dalam persaingan global yang semakin ketat.
        Secara konsep yang umum dikemukakan dan beberapa telah diuraikan bahwa beberapa permasalahan pendidikan mencakup variabel-variabel yang sangat luas, yang meliputi variabel masukan (Input), proses (process), dna keluaran (output dan learning outcomes). Variabel masukan meliputi masukan mentah (seperti siswa) dan masukan instrumental (seperti guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan). Variabel proses meliputi strategi dan metode pembelajaran serta  system evaluasi. Variabel keluaran atau hasil belajar (learning Outcomes), menurut Trianto (2007, 44) meliputi lima kemampuan antara lain : keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi ferbal, keterampilan gerak dan sikap.
Oleh karena permasalahan pendidikan mencakup aspek-aspek yang sangat luas dan kompleks, baik yang  mencakup aspek masukan, proses maupun keluaran, maka permasalahan disini akan dilihat dari beberapa hal yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa, baik rendah maupun tinggi adalah merupakan  cerminan dari keberhasilan sebuah pembelajaran. Terutama terhadap hasil belajar siswa yang rendah, pada akhirnya merupakan  hambatan/ tantangan yang semestinya dicarikan solusinya.
Disebut juga (Sukadi, 2007, 107) bahwa faktor kesulitan belajar siswa dikategorikan menjadi dua macam yaitu : bersumber dari kelemahan kelompok siswa secara keseluruhan dan kelemahan yang bersumber dai individu  siswa itu sendiri.
Kesulitan belajar yang bersumber dari kelemahan secara kelompok dapat disebabkan  oleh : (1) kondisi sekolah yang kurang memadai, (2) manajemen kelasd an sekolah yang kurang sesuai dan (3) letak sekolah yang terlalu terisolis atau terganggu oleh kesibukan lain.
        Kondisi sekolah yang kurang baik/ memadai biasanya dapat diakibatkan oleh : (1) kualifikasi guru yang kurang memenuhi syarat baik dari pendidikannya maupun pribadinya, system belajar mengajar yang diterapkan, (2) model, metode dan teknik  belajar mengajar yang dipakai, dan (3) bahan dan sumber belajar yang langka atau ketinggalan jaman. Kesulitan belajar dari kelemahan individu siswadapat berupa kelemahan dalam bidang studi / mata pelajaran tertentu atau secara  keseluruhan  atau sebagian besar dari prestasinya. Semua kelemahan ini berasal dari kelemahan intelektual, emosional, kebiasaan belajar, perlakuan guru terhadap siswa dan sebagainya.
Pelajaran IPS sering dianggap Over Load dan sering diidentikan dengan pelajaran hafalan sehingga kerapkali menghalangi siswa untuk belajar efektif. Atas berbagai pengalaman di lapangan bahwa penyebab hambatan belajar pada siswa sangat kompleks sehingga permasalahan yang timbul juga kompleks seperti model atau metode pembelajaran, masalah motivasi  belajar siswa, bagaimana  terhadap kelompok siswa  yang mempunyai kemampuan tinggi dan motivasi tinggi dan lain-lain yang pada akhirnya sebagai tolak ukur adalah hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut pula yang terjadi pada pembelajaran IPS siswa kelas 4 Gugus III Udayana kecamatan mendoyo yang dapat dikemukakan sebagai berikut  seperti : 1) masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru, misalnya penggunaan model/ metode mengajar dan lain-lain, sedangkan  untuk siswa  seperti mutu  rendah yang bisa dilihat dari rata-rata hasil belajarnya, 2) dalam hal proses adanya motivasi yang kurang sehingga siswa sering mengabaikan pembelajaran termasuk hasil belajar, kurang disiplin, 3) demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan diharapkan suatu ketika bias optimal, satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi  yang bermuara pada hasil belajar yang rendah dengan nilai setiap ulangan harian mata pelajaran IPS adalah 5,6 (KKM 6,0).
        Mengingat kompleksnya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap permasalahan yang kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang dihadapi

1.3  Pembatasan Masalah
        Berdasarkan analisis tersebut nampaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Gugus III Udayana Kecamatan Mendoyo dipengaruhi oleh berbagai dimensi yang saling berkaitan. Didasari akan kompleksnya masalah pendidikan yang terjadi di gugus ini, dan juga karena keterbatasan waktu, kemampuan peneliti dan biaya penelitian serta lebih memfokuskan penelitian, maka dalam rangka usaha meningkatkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan difokuskan  pada upaya pengujian model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran IPS siswa kelas 4 Gugus 3 Udayana Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Bali dan agar penelitian ini lebih akurat maka permasalahan dibatasi hanya pada hal-hal berikut : (1) pengaruh penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) aspek motivasi berprestasi,(3) aspek hasil belajar IPS untuk mengukur capaian/ hasil belajar  siswa kelas 4 Gugus 3 Udayana Kecamatan Mendoyo

1.4   Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka selanjutkan akan dikemukakan rincian masalah pokok yang ingin dicarikan solusinya, sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
a)Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran  Kooperatif Tipe STAD dengan siswa  yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
b)      Apakah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar.
c)Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi tinggi.
d)     Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi rendah.





1.5   Tujuan Penelitian
              Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka dalam hal ini  dikemukakan tujuan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
a)Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran  Kooperatif Tipe STAD dengan siswa  yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
b)      Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar.
c)Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi tinggi.
d)     Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi rendah.