Categories
5 Hal yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Kepada Anak
(1)
Administrasi Kelas
(2)
APLIKASI DAN JUKNIS BOS 2014
(1)
Artikel Tentang Guru
(1)
BIMBEL
(1)
CONTOH ABSTRAK
(1)
group investigation
(1)
Instrumen Penelitian
(1)
KELOMPOK BELAJAR
(1)
Kooperatif Learning
(1)
Laporan PPL AWAL PGSD
(1)
LAPORAN PPL REAL PGSD
(1)
latar belakang tesis
(1)
LATIHAN UJIAN SEKOLAH SD/MI TAHUN 2014
(1)
makalah PTK
(2)
NOVEL
(1)
Pemesanan RPP
(1)
Pendekan Kontekstual
(1)
Pendidikan Karakter
(1)
Penelitian Tindakan Kelas
(1)
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF
(1)
PKG&PKB
(1)
PPL AWAL PGSD
(1)
PPL REAL
(1)
proposal
(1)
PROPOSAL PENGAJUAN TEMPAT SAMPAH
(1)
proposal tesis
(2)
Psikologi Anak
(1)
PTK dan Contoh KTI
(1)
RPP Berkarakter Bangsa Kelas 4
(1)
RPP Kelas 4 SD
(1)
SERGUR 2014
(1)
SERTIFIKASI GURU
(1)
SINOPSIS CERITA SMU
(1)
SKP
(1)
soal-soal CPNS
(1)
Tes CPNS
(1)
ULANGAN HARIAN MATEMATIKA KELAS 6 SEMESTER 2
(1)
UTS Semester Genap
(1)
UTS Semester Genap SD Kelas 4
(1)
Variabel
(1)
Variabel Penelitian
(1)
Followers
Chat Box
Tuesday 13 August 2013
Saturday 10 August 2013
PROPOSAL TESIS
Published :
22:06
Author :
Gst Made Suartawan,M.Pd
PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD GUGUS III UDAYANA KECAMATAN
MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA
Oleh
Gst Made Suartawan,M.Pd
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Proses
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan sasaran
pembangunan saat ini dan merupakan tanggung jawab seluruh mayarakat dan bangsa
Indonesia adalah pendidikan. Hal ini relevan dengan undang-undang no 2 Tahun
1989 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan
adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Perlu
disadari bahwa dengan semakin pesatnya perkembangan dan perubahan sebagai
akibat dari terjadinya globalisasi di hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat,
seharusnya menjadi dasar pijak keharusan untuk memikirkan dan mereformulasi
ulang tentang sistem dan pola pelaksanaan pendidikan. Bagaimanapun juga sebuah
sistem pada suatu masa akan sangat sesuai akan tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa sistem tersebut akan sangat tertinggal dan tidak dapat memenuhi tuntutan
perubahan yang terjadi kemudian.
Realitas
di Indonesia membuktikan bahwa ada kecenderungan tidak seimbanganya antara
penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dengan laju perubahan yang
terjadi. Hal tersebut kemudian berakibat pada terjadinya distorsi antara
kebutuhan tenaga yang memiliki keahlian, keterampilan dan kompotensi tertentu
yang tidak mampu disiapkan dari lembaga pendidikan terhadap tingkat kebutuhan
sumber daya manusia di masyarakat. Padahal pemenuhan terhadap kebutuhan
tersebut seharusnya didapatkan dari out put lembaga pendidikan yang ada.
Perubahan drastis dari orde Baru menjadi orde reformasi seharusnya menjadi
pijakan dasar keharusan pendidikan untuk melakukan reorientasi ulang terhadap
sistem dan pola pelaksanaan pendidikan nasional. Asumsi tersebut didasarkan
pada kecenderungan rendahnya penyiapan sumber daya manusia dengan tingkat
kebutuhan di masyarakat. Lebih sfesifik bahwa lembaga pendidikan di Indonesia
cenderung mengalami penurunan dari segi kualitas dan meningkat dari segi
kuantitas. Sehingga dibutuhkan adanya upaya untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan, khususnya pendidikan dasar sebagai pijakan awal
pendidikan di Indonesia.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan umat manusia pada abad
globalisasi. Pada era globalisasi batas-batas geografis negara menjadi kabur.
Batas-batas peradaban menjadi benturan antar peradaban. Konflik antar peradaban
merupakan fase akhir dalam evolusi konflik dunia modern. Kemajuan iptek telah
mempendek jarak dan waktu demikian kuatnya. Kejadian di suatu tempat lokal,
sudah menjadi bagian lokalitas lintas bangsa dan benua. Ekses globalisasi telah
merambah berbagai lini kehidupan umat manusia, entah itu politik, ekonomi,
sosial, budaya, termasuk juga pendidikan.
Pendidikan IPS yang selama ini terkesan jalan di tempat, masih belum
mendapatkan posisi yang membanggakan di tengah arus globalisasi. Menghadapi
fenomena ini, Pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri
berhadapan dengan globalisasi. Melalui pembelajaran IPS diharapkan
mampu dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek
keterampilan (skill).
Untuk skala
Indonesia, maka tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah
dasar sebagaimana tecantum
dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya
sehari-hari. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Keterjangkauan materi mata pelajaran IPS sering dianggap “over
load” (tanpa seleksi dan adaptasi) dan sering diidentikan dengan pelajaran
hafalan, sehingga, kerap kali menghalangi siswa untuk belajar efektif.
Atas
berbagai pengalaman dilapangan bahwa penyebab hambatan belajar pada siswa
sangat kompleks sehingga permasalahan yang timbul juga kompleks seperti: model
atau metode pembelajaran, masalah motivasi belajar siswa, bagaimana terhadap
kelompok siswa yang punya kemampuan dan motivasi rendah serta bagaimana
terhadap kelompok yang punya kemampuan tinggi dan motivasi tinggi dan lain
lain, yang pada akhirnya sebagai tolok ukur adalah hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
Dan itu pula terjadi pada siswa
kelas 4 SD di Gugus 3 Udayana Kecamatan mendoyo tentang masalah/ kendala yang
masih dirasakan terutama pada pembelajaran IPS beberapa yang dapat dikemukakan
seperti; 1). faktor kekuasaan, 2). masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru
yang berkaiatan dengan kompetensi yang semestinya dimiliki oleh seorang guru,
misalnya penggunaan model/metode mengajar dan lain lain, sedangkan untuk siswa
seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata rata hasil ujiannya, 3). dalam
hal proses adanya motivasi yang kurang sehingga siswa sering mengabaikan
pembelajaran termasuk hasil belajar, kurang disiplin 4). Demikian pula dalam
hal sarana yang selalu diupayakan yang diharapkan suatu ketika bisa
optimal, satu dengan lainnya saling
mempengaruhi yang bermuara pada hasil belajar rendah.
Mengingat
kompleknya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti
tidak akan mungkin menjangkau semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu
pencermatan terhadap permasalahan yang
kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang dihadapi dengan pemanfaatan model
pembelajaran inovatif salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Model pembelajaran Kooperatif dipandang sebagai model pembelajaran yang
efektif, khususnya pada pembelajaran IPS, karena penerapan model pembelajaran
kooperatif terdiri atas siklus
pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang diharapkan yaitu sebuah kondisi belajar yang kondusif
dan mendukung kebutuhan belajar siswa. Ini terbukti dari beberapa hasil
penelitian yang sudah dilakukan oleh : Sumarningsih,
2011. tesis : Pengaruh penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap hasil belajar IPA SD kelas 5 Gugus 5 Kecamatan. Pengaruh penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap hasil belajar IPA SD kelas 5 Gugus 5 Kecamatan penebel
Kelebihan
model pembelajaran Kooperatif STAD. Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD Menurut
Davidson (dalam Raharjo , 2007:26) :
a) Meningkatkan kecakapan individu
b) Meningkatkan kecakapan kelompok
c) Meningkatkan komitmen
d) Menghilangkan prasangka buruk
terhadap teman sebaya
e) Tidak bersifat kompetitif
f) Tidak memiliki rasa dendam
Disamping penggunaan
model pembelajaran, juga secara khusus akan dilihat tentang faktor “ Motivasi
Belajar “ (Anita,2002, 102). Sebab motivasi dalam diri dari setiap individu itu
berbeda, maka hasil belajar antara individu yang satu dengan yang lainnya kana
berbeda . Motivasi yang satu dengan yang laiinya berbeda akna tergambar sejauh
mana prestasi yang dimiliki oleh setiap
individu. Apakah motivasinya rendah sehingga hasilnya rendah, dan rendah pula prestasi
yang dimiliki oleh siswa, dan sebaliknya. Sehingga bagaimana peserta didik
dalam pembelajaran itu memperoleh hasil
yang lebih maksimal terhadap penguasaan kompetensi sesuai dengan indicator yang
ditentukan.
1.2 Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas,
bahwa ada berbagai dimensi yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dalam
rangka mencapai pendidikan yang memiliki mutu berkualitas. Analisis atas
perkembangan pendidikan di Indonesia, sejak dulu hingga sekarang, membuat pada
kesimpulan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang harus dicermati untuk
penyelenggaraan pendidikan terutama dalam persaingan global yang semakin ketat.
Secara konsep yang umum dikemukakan dan
beberapa telah diuraikan bahwa beberapa permasalahan pendidikan mencakup
variabel-variabel yang sangat luas, yang meliputi variabel masukan (Input), proses (process), dna keluaran (output
dan learning outcomes). Variabel masukan meliputi masukan mentah (seperti
siswa) dan masukan instrumental (seperti guru, kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan). Variabel proses meliputi strategi dan metode pembelajaran
serta system evaluasi. Variabel keluaran
atau hasil belajar (learning Outcomes),
menurut Trianto (2007, 44) meliputi lima kemampuan antara lain : keterampilan
intelektual, strategi kognitif, informasi ferbal, keterampilan gerak dan sikap.
Oleh
karena permasalahan pendidikan mencakup aspek-aspek yang sangat luas dan
kompleks, baik yang mencakup aspek
masukan, proses maupun keluaran, maka permasalahan disini akan dilihat dari
beberapa hal yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa,
baik rendah maupun tinggi adalah merupakan
cerminan dari keberhasilan sebuah pembelajaran. Terutama terhadap hasil
belajar siswa yang rendah, pada akhirnya merupakan hambatan/ tantangan yang semestinya dicarikan
solusinya.
Disebut
juga (Sukadi, 2007, 107) bahwa faktor kesulitan belajar siswa dikategorikan
menjadi dua macam yaitu : bersumber dari kelemahan kelompok siswa secara
keseluruhan dan kelemahan yang bersumber dai individu siswa itu sendiri.
Kesulitan
belajar yang bersumber dari kelemahan secara kelompok dapat disebabkan oleh : (1) kondisi sekolah yang kurang
memadai, (2) manajemen kelasd an sekolah yang kurang sesuai dan (3) letak
sekolah yang terlalu terisolis atau terganggu oleh kesibukan lain.
Kondisi sekolah yang kurang baik/
memadai biasanya dapat diakibatkan oleh : (1) kualifikasi guru yang kurang
memenuhi syarat baik dari pendidikannya maupun pribadinya, system belajar
mengajar yang diterapkan, (2) model, metode dan teknik belajar mengajar yang dipakai, dan (3) bahan
dan sumber belajar yang langka atau ketinggalan jaman. Kesulitan belajar dari
kelemahan individu siswadapat berupa kelemahan dalam bidang studi / mata
pelajaran tertentu atau secara
keseluruhan atau sebagian besar
dari prestasinya. Semua kelemahan ini berasal dari kelemahan intelektual, emosional,
kebiasaan belajar, perlakuan guru terhadap siswa dan sebagainya.
Pelajaran
IPS sering dianggap Over Load dan
sering diidentikan dengan pelajaran hafalan sehingga kerapkali menghalangi
siswa untuk belajar efektif. Atas berbagai pengalaman di lapangan bahwa
penyebab hambatan belajar pada siswa sangat kompleks sehingga permasalahan yang
timbul juga kompleks seperti model atau metode pembelajaran, masalah
motivasi belajar siswa, bagaimana terhadap kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan motivasi
tinggi dan lain-lain yang pada akhirnya sebagai tolak ukur adalah hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut pula yang terjadi pada
pembelajaran IPS siswa kelas 4 Gugus III Udayana kecamatan mendoyo yang dapat
dikemukakan sebagai berikut seperti : 1)
masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru, misalnya penggunaan model/ metode
mengajar dan lain-lain, sedangkan untuk
siswa seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata-rata hasil
belajarnya, 2) dalam hal proses adanya motivasi yang kurang sehingga siswa
sering mengabaikan pembelajaran termasuk hasil belajar, kurang disiplin, 3)
demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan diharapkan suatu ketika
bias optimal, satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi yang bermuara pada hasil belajar yang rendah
dengan nilai setiap ulangan harian mata pelajaran IPS adalah 5,6 (KKM 6,0).
Mengingat kompleksnya permasalahan yang
berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau
semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap
permasalahan yang kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap
masalah yang dihadapi
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan
analisis tersebut nampaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Gugus III
Udayana Kecamatan Mendoyo dipengaruhi oleh berbagai dimensi yang saling
berkaitan. Didasari akan kompleksnya masalah pendidikan yang terjadi di gugus
ini, dan juga karena keterbatasan waktu, kemampuan peneliti dan biaya
penelitian serta lebih memfokuskan penelitian, maka dalam rangka usaha
meningkatkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan difokuskan pada upaya pengujian model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran IPS siswa kelas 4 Gugus 3 Udayana Kecamatan
Mendoyo Kabupaten Jembrana Bali dan agar penelitian ini lebih akurat maka
permasalahan dibatasi hanya pada hal-hal berikut : (1) pengaruh penerapan
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, (2) aspek motivasi berprestasi,(3) aspek
hasil belajar IPS untuk mengukur capaian/ hasil belajar siswa kelas 4 Gugus 3 Udayana Kecamatan
Mendoyo
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka selanjutkan akan
dikemukakan rincian masalah pokok yang ingin dicarikan solusinya, sehingga
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
a)Apakah
terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional.
b)
Apakah terdapat pengaruh interaksi
antara model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan motivasi berprestasi
terhadap hasil belajar.
c)Apakah
terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional,
pada siswa yang bermotivasi tinggi.
d)
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa
yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi
rendah.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka dalam hal ini dikemukakan tujuan penelitian yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a)Untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional.
b)
Untuk mengetahui pengaruh interaksi
antara model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan motivasi berprestasi
terhadap hasil belajar.
c)Untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran
Konvensional, pada siswa yang bermotivasi tinggi.
d)
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan siswa
yang mengikuti model pembelajaran Konvensional, pada siswa yang bermotivasi
rendah.
Subscribe to:
Posts (Atom)